Senin, 30 November 2009

Kelompok III: Konsep Sanitasi Lingkungan Kawasan Pesisir (SPAL & Jamban)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sumberdaya pantai dan laut dikenal sebagai sumberdaya multi fungsi. Wilayah perairan pantai yang kaya akan sumberdaya alam telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan, utamanya protein, sejak berabad-abad lamanya. Selain itu, pemanfaatan sumber energi, seperti hidrokarbon dan miniral khususnya di wilayah pesisir dan laut, telah dilakukan untuk menunjang pembangaunan pada sektor ekonomi. Fungsi lain yang dimiliki oleh wilayah pesisir dan lautan digunakan untuk berbagai kegiatan seperti transfortasi, pelabuhan, industri, agrobisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman, dan tempat pembuangan limbah.
Ada empat alasan pokok mengapa pemerintah dan bangsa Indonesia membuat suatu kebijakan yang stategis dan antisipatif dengan menjadikan matra laut sebagai sector tersendiri di dalam GBHN 1993 (Dahuri, dkk ., 1996). Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri atasa 17.508 pulau dengan garis pantai 81.000 km, luas laut kurang lebih 3,1 juta km2 atau sekitar 62 % dari luas tritorialnya. Mengacu pada UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea, 1982), Indonesia berhak memanfaatkan Zona Ekonomi Ekslusif seluas 2,7 juta km2 untuk kegiatan eksploitasi, eksplorasi dan pengelolaan sumber daya hayati dan non hayati, penelitian, maupun yuridiksi mendirikan instalasi atau pulau buatan. Kedua, dengan semakin menipisnya sumberdaya alam di daratan karena kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk yang semakin meningkat, maka sumberdaya kelautan akan menjadi tumpuan harapan bagi kesinambunagan pembangunan ekonomi nasional dimasa mendatang. Ketiga, dengan adanya pergeseran kegiatan ekonomi global dari poros Eropa Atlantik ke poros Asia Pasifik yang diikuti dengan perdagangan bebas dunia pada tahun 2020, maka kekayaan sumberdaya kelautan Indonesia, khususnya di kawasan timur Indonesia, menjadi asset nasional dengan keunggulan komparatif yang harus dimanfaatkan secara optimal. Keempat, dalam menuju industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan merupakan prioritas utama bagi pusat kegiatan pengembangan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri, pemukiman, transportasi, dan pelabuhan. Di balik prospek di atas, pengalaman pembanguan sumberdaya pesisir dan lautan dalam PJP I umumnya mengarah ke suatu pola yang merusak daya dukung lingkungan dan tidak berkesinambungan uunsustainable). Sistem multifungsi yang tidak terencana dengan baik telah menunjukkan kemunduran mutu lingkungan wilayah pesisir dan lautan, konflik kepentingan antara kegiatan maupun sektor, pencemaran dan over eksploitasi sumberdaya. Tidak adanya integrasi dan koordinasi perencanaan masing-masing sector mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan secara optimal dan terganggunya fungsi utama di perairan tersebut.
Menyadari adanya karakteristik dan dinamika alamiah ekosistem pesisir dan lautan yang secara ekologis saling terkait satu dengan lainnya, demikian pula dengan ekosistem lahan atas, serta keanekaragaman sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan sebagai potensi pembangunan yang pada umumnya terdapat pada suatu hamparan ekosistem pesisir, mensyaratkan bahwa pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan hanya dapat diwujudkan melalui pendekatan terpadu dan holistic (menyeluruh).
Permasalahan air limbah yang kian memburuk di kawasan permukiman pesisir khususnya permukiman nelayan tidak dapat tertangani secara baik. Latar belakang penyebabnya adalah: (1) kebiasaan sosial-budaya yang sulit berubah, (2) topografi yang sangat rendah bahkan sebagian berada dibawah ketinggian pasang air laut (karena abrasi) (3) perkembangan permukiman yang kian memadat dan tidak tertata dan (4) kegagalan penerapan standar teknis pembuangan air limbah.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengetahuan tentang "Sistem Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan Sistem Pembuangan Ekscret (Jamban) di daerah pesisir" sebagai wilayah yang sarat dengan berbagai kepentingan. Selain itu makalah ini juga disusun untuk menutupi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Kawasan Pesisir. Adapun manfaat dari makalah ini, yaitu dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan penulis khususnya, tentang Sistem pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah dan Sistem Pembuangan Ekscret (Jamban).


II. Konsep dan Sistem Saluran Pembuangan Air Limbah dan Jamban di Kawasan Pesisir
2.1 Konsep dan Sistem Saluran Pembuangan Air Limbah di Kawasan Pesisir
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu lingkungan. Air limbah yang paling banyak dan paling tidak teratur dihasikan oleh rumah tangga. Sebagian besar air limbah rumah tangga mengandung bahan organic sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Volume air limbah yang dihasilkan dalam suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain :
a. Kebiasaan manusia. Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang dihasilkan.
b. Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau terpisah. Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih perkapita, sedangkan pada sistem terpisah volume limbah mencapai rata-rata 25-50 galon perkapita.
c. Waktu. Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi bergantung pada waktu dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak, sedangkan di tengah hari volumenya lebih sedikit, dan di malam hari agak meningkat lagi.
Membangun sanitasi yang berkelanjutan (sustainabel) dan drainase didaerah rendah dan pesisir benar benar memberikan tantangan teknis dan lingkungan tersendiri. Mengapa sanitasi sangat sulit untuk dibangun di daerah pesisir?
Air tanah
Air tanah sangat dangkal terlebih dimusim hujan, sangat menyulitkan dalam membangun struktur bawah tanah dalam situasi seperti ini.
Daerah pesisir yang sangat rata/datar
Sangat sulit mendapatkan aliran gravitasi untuk saluran drainase dan penyaluran air limbah (khususnya sistem terpusat).
Ketersediaan Tanah
Hampir semua tanah disekitar daerah pemukiman adalah milik pribadi, ini merupakan masalah jika akan membangun fasilitas untuk umum seperti pengolahan limbah komunal. Secara umum, dampak dari pembuangan air limbah yang tidak menjalani pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan seperti :
- Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh manusia.
- Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
- Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobic) dan zat anorganik).
- Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.
Hal mendasar yang menyebabkan sulitnya pelaksanaan upaya sanitasi lingkungan di daerah pesisir adalah rendahnya pemahaman mengenai pentingnya upaya sanitasi lingkungan serta kemampuan financial yang kurang mencukupi bagi setiap rumah tangga untuk mengupayakan sanitasi lingkungan rumah tangga yang memenuhi syarat.
Untuk daerah pesisir, seyogyanya dapat diupayakan prasarana drainase yang terpusat, karena lokasi pesisir yang merupakan daerah resapan air sehingga meyulitkan untuk membuat SPAL bagi masing-masing rumah tangga. Gambar di samping menunjukkan buruknya sanitasi lingkungan di daerah pesisir khususnya SPAL. Dampak fisik yang dapat langsung dilihat akibat buruknya sanitasi lingkungan di daerah pesisir adalah lingkungan yang kotor, tidak teratur dan tentunya berbau. Hal inilah yang menjadi penyumbang timbulnya gangguan ekosistem di daerah pesisir dan pantai.

2.1 Konsep dan Sistem Saluran Pembuangan Ekskreta (Jamban) di Kawasan Pesisir
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Sebanyak 19,67 persen (data tahun 2007) warga tidak memiliki jamban. Sangat menyedihkan, mereka membuang begitu saja kotoran ke sungai," (Wisjnuprapto guru besar Teknik Penyehatan Institut Teknologi Bandung, Selasa (11/8/2009)).
Berarti, selama ini mereka yang tidak mempunyai jamban membuang tinja di tempat terbuka seperti kebun, sawah, ataupun sungai dan laut. Parahnya, hal ini menjadi kebiasaan yang terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan. Tidak hanya itu, minimnya penghasilan dan sumber mata pencaharian membuat sebagian besar mereka berpikir bahwa lebih baik mencari yang hemat dan efisien dibanding harus mengeluarkan biaya untuk membuat jamban. Toh, mereka juga jarang sakit. Anggapan inilah yang membuat upaya sanitasi berjalan kurang maksimal.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
“A septic system is an efficient, inexpensive, convenient, and safe method for treating and disposing of household wastewater before it is recycled back to the groundwater system. However, the system must be properly installed and maintained.”

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Tidak mencemari sumber air minum
2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar olehnya itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai, miring kearah lobang jongkok.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka melaingkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl, leher angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.
Mengingat kondisi kawasan pesisir yang landai, berpasir dan sangat mudah terendam, diperlukan teknik khusus dalam membuat septic tank. Karena, dengan kondisi yang mudah terendam, septic yang dibuat harus memperhatikan jarak dengan sumber air. Jangan sampai kotoran mengkontaminasi air yang akan digunakan sehari-hari. Contoh gambaran situasi kesehatan lingkungan (sanitasi) di salah satu daerah pesisir yaitu Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara.
“Upaya kesehatan lingkungan ditandai oleh rendahnya jumlah anggota keluarga yang tidak memiliki SAB, SPAL, dan jamban keluarga. Data tahun 2001, diantara 63.756 KK 49.760 (78%) telah menikmati fasilitas air bersih. Tetapi pada tahun 2003, diantara 96.162 KK yang ada, hanya 54.839 (57%) yang menikmati fasilitas air bersih. Sementara cakupan keluarga yang memiliki jamban 58% (2000) 79% (2001), dan 63% (2002). Sementara SPAL, 9,4% (2000), 31% (2001) dan 30% (2002). Memang kondisi alam yang tediri dari daerah pinggiran sungai dan pesisir pantai serta tingginya daya resap tanah memegang peranan penting terjadinya kondisi ini disamping tentu saja pemahaman dan kemampuan finanasial yang rendah, dapat dianggap sebagai pencetus terjadinya keadaan ini.
Kondisi ini telah menggambarkan buruknya upaya sanitasi lingkungan di daerah pesisir khususnya untuk Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan jamban. Untuk mengantisipasi semakin buruknya upaya sanitasi lingkungan di daerah pesisir, dapat diterapkan metode berikut untuk pembuatan jamban.
The best describes the relationship between the location of your septic system and the groundwater.
a. The groundwater always remains at least 4 feet below the surface.
b. The groundwater normally remains more than 4 feet below the surface except for very short periods of time (less than a week) during wet times of the year.
c. The groundwater normally remains more than 2 feet below the surface except for very short periods of time (less than a week) during wet times of the year.
d. The groundwater periodically rises to within 2 feet of the surface; OR you do not know.
Gambaran mengenai lokasi yang dapat digunakan antara septic dengan air tanah adalah : Air tanah selalu berada pada jarak sekitar 4 kaki dibawah permukaan.
Air tanah normalnya berada pada jarak sekitar 4 kaki di bawah permukaan kecuali untuk waktu tertentu (kurang dari seminggu) selama musim hujan.
Air permukaan normalnya berada pada jarak sekitar 2 kaki di bawah permukaan kecuali untuk waktu tertentu (kurang dari seminggu) selama musim hujan.
Air tanah secara periodik naik hingga mencapai 2 kaki di atas permukaan atau kamu tidak mengetahuinya.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1) Keadaan daerah datar atau lereng;
2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3) Mudah dan tidaknya memperoleh air.

Contoh jamban yang banyak digunakan di kawasan pesisir. Tentunya kondisi ini kurang sehat bagi masyarakat yang berada di sekitarnya dan dapat menyebabkan timbulnya berbagai gangguan kesehatan.
System pembuangan ekskreta (jamban) di daerah pesisir terutama harus memperhatikan kondisi air tanah. Selain itu, dapat diupayakan metode pembuangan ekskret (kotoran manusia) dengan cara menampung pada satu bak khusus yang dapat dilakukan secara komunal dan pada akhirnya nanti akan diangkut oleh mobil penyedot kotoran. Cara ini merupakan cara yang paling aman untuk diupayakan di daerah pesisir, mengingat sulitnya memperole lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat penampungan kotoran. Selain itu, kesinambungan daripada pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan dengan penyuluhan dan pemberian pemahaman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi masyarakat pesisir.

III. Kesimpulan

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang digunakan di daerah pesisir sangat tidak memenuhi syarat, bahkan sebagian besar masyarakat pesisir tidak menggunakan SPAL.
Di daerah pesisir sangat minim digunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Terbukti dari kurangnya animo masyarakat untuk membuat dan menggunakan jamban keluarga.
Hal-hal di atas dikarenakan factor-faktor seperti kondisi fisik lingkungan, keterbatasan dana dan infrastruktur, serta factor ekonomi, social dan budaya masyarakat. Termasuk di dalamnya kurangnya pelayanan kesehatan dan pengetahuan masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).


Referensi :
Chandra, DR. Budiman. Pengantar KL. Penerbit Buku Kedokteran EGC. (Hal 142-150) : Jakarta.
Kesehatan Masyarakat Desa Muara Sampara : Konawe, Sulawesi Tenggara. 2009. http://4.bp.blogspot.com/ Muttaqiena, Abida, dkk. 2009.
Makalah Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan Pasca Tsunami Desember 2004. (Hal 5-6) : Semarang.
Osmond, Deanna L. dkk. tt. Improving Septic System Maintenance in Coastal Communities. Coast *A* Syst North Carolina. (Hal 2-3). Published By NORTH CAROLINA COOPERATIVE EXTENSION SERVICE.
Amran Saru. 2004. Makalah Pengelolaan Terpadu Pembangunan Dan Ekosistem Wilayah Pesisir : Bogor.

Posted By:
Kelompok III
Risnawati Anwas (70200106063)
Marhamah (70200106011)
Masjuniarty (70200106081)
Muh. Rijal jufri (70200106057)
Azidin Anhar (7020010629)

40 komentar:

Aswadi mengatakan...

ass. SeLama di daerah pesisi pengunaan (SPAL)sangat tidak memenuhi syarat? khususnya masalah jamban?? hal ini tentunya sangat memepengaruhii tingkat kesehatan di daerah kawasan pesisir?? tentunya pemerintah telah mengatasi masalah? tersebut tapi belum begitu efektif kendala" apa saja yang di hadapi pemerintah dalam mengatasi masalah tersebutt???

Anonim mengatakan...

muh ishak sijaya

assalam
makalhnya ckup bagus ntuk disimak.
berbicara ttg spal n jamban otomatis berbicara ttg rumah ke rumah
sdgkan disini kita lihat kebanyakan di kampung nelayan g mempunyai jamban!!
so bagaimana cr mengatasi masalah tersebut?
kedua bagaimanakah model jamban yg baik untuk derah pesisir ?

Anonim mengatakan...

nama : imran
nim :70200106076
assalamualaikum wr.wb.
pertanyaan saya :
1.Bagaimana cara mengatasi masyarakat yang tinggal dipesisir pantai yg kebiasaannya membuang tinja/kotoran bahkan ASPAL langsung ke pantai/laut?
2.Dari contoh gambar jamban dikawasan pesisir, pasti disekitar lingkungan tersebut tidak sehat. Bagaimanaka peranan pemerintah terhadap lingkungan tersebut?
3.Setelah saya membaca makalah anda, saya tidak menemukan undang-undang yang membahas mengenai JAMBAN dan ASPAL. Apakah memang tidak ada undang-undangnya, kalau ada tolong di cantumkan ke dalam makalah anda?

Anonim mengatakan...

nama : abd majid hrlagu
nim :70200106070
assalamualaikum wr.wb.
Masalah jamban di daerah pesisir adalah masalah yang bersifat dilematis. Dari kacamata kesehatan sangat tidak memenuhi syarat namun dari kacamata masyarakat pesisir semua itu tidak menjadi masalah karena dipengaruhi oleh faktor kebiasaan, pendidikan, dan ekonomi. melihat kenyataan ini strategi apa yang perlu diterapkan agar masalah jamban dapat tertangani di daerah pesisir? Dan pada penanganan dari ketiga factor penghambat di atas, mana yang harus kita dahulukan? Apa alasan anda?

Anonim mengatakan...

Nama : Irsan ahmad
Nim : 70200106009
Klmpk: 1
terimah kasih sebelumnya kepada teman teman kelompok 3.setelah saya mengamati dari makalah yang disajikan menurut saya makalahnya cukup bagus. terkait dengan makalah ini saya ingin mengomentari, bahwa antara permukaan tanah di wilayah dataran tinggi dengan dataran di wilayah pesisir pantai jauh berbeda, kalau dikawasan pesisir permukaan datarannya kebanyakan berpasir yang ingin minta klarifikasi kalian
1.bagaimana cara yang efektif dan efisien dalam pembuatan tempat penampungan tinja manusia di kawasan pesisir yang tahan lama ?
2. menurut anda bagaimana sistem pengairan drainase yang optimal agar tidak mencemari limbah rumah tangga di kawasan pesisir.?

Anonim mengatakan...

Nama : Risno
Nim : 70200106042
Klpk : VI
terima kasih atas semuanya.namun saya sedikit ingin menanggapi makalah terkait.
1. bagaimana sebenarnya menurut anda konsep dan sistem pembuangan air limbah di kawasan pesisir yang baik yang tidak akan menimbulkan masalah pencemaran linkungan di kemudian hari...?
2.Upaya atau tindakan apa yang anda lakukan dalam mengatasi kebiasaan masyarakat yang berprilaku buruk terhadap linkungan kawasan pantai agar tercapai PHBS...?

Anonim mengatakan...

PRIKITIEWWWWWWWW

Anonim mengatakan...

Risna..........
Jawaban untuk sdr. Risno....
1. menurut kami, konsep sistem pembuangan air limbah yang baik untuk digunakan di daerah pesisir adalah komunal terpusat. mengapa...???, karena dengan metode ini septic maupun drainase yang dibuat pada akhirnya akan menuju pada satu tempat yang terkontrol. sehingga, akan lebih mudah untuk dikelola kembali.
2. jika kami menjadi petugas kesehatan di salah satu wilayah pesisir, maka hal utama yang akan kami lakukan adalah dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui komunikasi sosial kemasyarakatan. jadi, kami dapat melihat dan mengetahui secara langsung kegiatan masyarakat yang akan memudahkan kami dalam mengambil langkah untuk mengupayakan perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Thx.....

Jawaban untuk sdr. Irsan....
1. cara efektifnya dan efisiennya adalah melalui satu sistem pembuangan / septic yang terpusat dan secara komunal. karena tidak membutuhkan lokasi yang luas sehingga dapat menghemat biaya. karena biaya untuk membuat septic dapat dikurangi untuk masing-masing rumah tangga. hasil dari endapan pembuangan limbah juga dapat dijadikan pupuk organik.
2. kita bisa mengupayakan penggunaan pipa yang tahan lama. jadi, SPAL dari rumah tangga-rumah tangga dapat dialirkan melalui pipa tersebut kemudian ditampung pada satu tempat pengolahan. setelah itu, diolah kembali untuk dialirkan ke laut atau dijadikan sebagai air baku untuk rumah tangga.

Jawaban untuk sdr. Ishak....
1. Nelayan di daerah pesisir rata-rata tidak memiliki jamban karena terikat pada masalah biaya. akan tetapi, pemerintah dapat mengupayakan metode pembuatan jamban yang hemat kepada nelayan atau pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat pesisir dengan membangun saluran pembuangan/septic secara komunal. kemudian, masyarakat diarahkan untuk membiasakan diri membuang hajat denan menggunakan jamban.
2. Berbicara mengenai model jamban, tidak terfokus pada satu model saja. masyarakat dapat menggunakan jamban model apapun, yang jelas pembuangan akhir berbentuk model komunal terpusat. Thx...

Anonim mengatakan...

Ratih Puspitasari
70200106018
kelompok v

assalamu alaikualam,,

Dalam makalah anda disebutkan untuk membuat jamban yang sehat harus berjarak antara 8-15m dari sumber air,jadi bagaimana dengan jamban para nelayan yang biasa berada di tepi pantai apakh jamban tersebut masih bisa di kategorikan jamban sehat??

dan apakh keberadaan jamban tersebut tidak memberikan dampak negatif terhadap air laut????

Anonim mengatakan...

NAMA : SAHRIANI
NIM : 70200106044

ASSALAM.WR.WB.
Terima kasih sebelunya sebagai mana yang z baca pada makalahnya bahwa salah satu Latar belakang yang menyebabkan permasalahan air limbah yang kian memburuk di kawasan pemukiman pesisir khususnya permukiman nelayan tidak dapat tertangani secara baik adalah kebiasaan sosial budaya yang sulit berubah,kegagalan penerapan standar teknis pembuangan air limbah.Yang ingin z tanyakan bagaimana cara/upaya-upaya anda sebagai calon tenaga Kesehatan masyarakat untuk mengubah kebiasaan sosial-budaya yang sulit berubah pada masyarakat pesisir pantai dan apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan penerapan syandar teknis pada pembuangan air limbah ???

Anonim mengatakan...

NAMA : SAHRIANI
NIM : 70200106044

ASSALAM.WR.WB.
Terima kasih sebelunya sebagai mana yang z baca pada makalahnya bahwa salah satu Latar belakang yang menyebabkan permasalahan air limbah yang kian memburuk di kawasan pemukiman pesisir khususnya permukiman nelayan tidak dapat tertangani secara baik adalah kebiasaan sosial budaya yang sulit berubah dan kegagalan penerapan standar teknis pembuangan air limbah.Yang ingin z tanyakan bagaimana cara/upaya-upaya anda sebagai calon tenaga Kesehatan masyarakat untuk mengubah kebiasaan sosial-budaya yang sulit berubah pada masyarakat pesisir pantai dan apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan penerapan syandar teknis pada pembuangan air limbah ???

Anonim mengatakan...

NAMA : MUH. RIJAL JUFRI
NIM : 70200106057

terimakasih pertanyaan dari saudara aswadi adapun mengenai Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang digunakan di daerah pesisir sangat tidak memenuhi syarat, bahkan sebagian besar masyarakat pesisir tidak menggunakan SPAL.
Di daerah pesisir sangat minim digunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Terbukti dari kurangnya animo masyarakat untuk membuat dan menggunakan jamban keluarga.
Hal-hal di atas dikarenakan factor-faktor seperti kondisi fisik lingkungan, keterbatasan dana dan infrastruktur, serta factor ekonomi, social dan budaya masyarakat. Termasuk di dalamnya kurangnya pelayanan kesehatan dan pengetahuan masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). oleh karena itu diharapkan kepada pemerintah agar tidak melihat begitu saja masalah tersebut tetapi hars membuat program-program yang menyentuh langsung kepada masyarakat misalnya membuat jamban sehat atau jamban umum sebagai contoh dan memberikan penyuluhan tentang bagaimana lingkungan yang sehat.

Anonim mengatakan...

NAMA : MUH. RIJAL JUFRI
NIM : 70200106057

terimakasih pertanyaan dari saudara ischak sijaya Hal-hal di atas memang dikarenakan factor-faktor seperti kondisi fisik lingkungan, keterbatasan dana dan infrastruktur, serta factor ekonomi, social dan budaya masyarakat. Termasuk di dalamnya kurangnya pelayanan kesehatan dan pengetahuan masyarakat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). oleh karena itu diharapkan kepada pemerintah agar tidak melihat begitu saja masalah tersebut tetapi hars membuat program-program yang menyentuh langsung kepada masyarakat misalnya membuat jamban sehat atau jamban umum sebagai contoh bagi masyarakat nelayan seperti yang saudara maksudkan dan setelah itu pemerintah diharapkan memberikan penyuluhan tentang manfaat jamban dan bagaimana menjagalingkungan yang sehat.

Anonim mengatakan...

Nama : Marhamah
NIM : 70200106011
Kelp : 3

Wasalam...
Trima kasih kpd saudari Ratih Puspitasari atas pertanyaannya, dalam menentukan letak kakus/jamban harus memperhatikan jarak terhadap sumber air dan kakus. dalam penentuan jarak tersebut tergantung pada keadaan daerah datar atau lereng; keadaan permukaan air tanah berpori atau padat,pasir,tanah liat atau kapur. sedangkan daerah pantai tanahnya berpasir sehingga dapat langsung menyerap ke dalam tanah,apabila jarak kakusnya kurang dari jarak yang sudah di tentukan berarti kakusnya dinyatakan tidak memenuhi syarat bagi kesehatan karena dapat menimbulkan berbagai penyakit, dengan kata lain jamban para nelayan tersebut tidak termasuk jamban sehat. Keberadaan jamban tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup yang berada di sekitar air laut tersebut.

Anonim mengatakan...

NAMA : MUH. RIJAL JUFRI
NIM : 70200106057

terimakasih pertanyaan dari saudara abd. majid

memang kita sadari bahwa Masalah jamban di daerah pesisir adalah masalah yang bersifat dilematis. oleh karena itu seharusnya pemrintah tidak tinggal diam perlu melakukan program-program yang langsung menyentuh kepada masyarakat dikawasan pesisir misalnya membuat wc percontohan agar nantinya masyarakat pesisir dapat dapat membiut wc yang dianggap sehat. Dan pada penanganan dari ketiga factor penghambat di atas, yang harus kita dahulukan adalah masalah ekonomi karena kita tau penghasilan di kawasan pesisir masih cukup rendah oleh karena itu pemerintah harus memberikan bantuan dana untuk pendirian wc tersebut dan tidak mengesampingkan faktor yanglainnya.

Anonim mengatakan...

Ariyanti Husain
70200106073
kelompok VI
assalamu alikum.....
setelah membaca makalah anda, adapun yang saya tanyakan...
kita ketahui sampai saat ini Permasalahan air limbah kian memburuk di kawasan permukiman pesisir dan belum tertangani secara baik.salah satu latar belakang penyebabnya adalah:keadaan topografi yang sangat rendah bahkan sebagian berada dibawah ketinggian pasang air laut (karena abrasi), menurut anda apa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut???

Anonim mengatakan...

Nama : Marhamah
NIM : 70200106011
Kelp : 3

Wasalam...
Terima kasih kpd saudara Imran atas pertanyaannya,...
1. Cara mengatasi kebiasaan masyarakat pesisir/pantai yang suka membuang tinja & SPAL langsung ke pantai yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang bahaya atau gangguan terhadap kesehatan, terhadap kehidupan biotik laut,terhadap keindahan lingkungan yang dpt ditimbulkan oleh pembuangan tinja dan SPAL yang tidak terolah dengan baik.
2. peranan Pemerintah yaitu cukup berpartisipasi tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan-hambatan,misalnya saja faktor sosial dan budaya masyarakat.

Anonim mengatakan...

NAMA : ANWAR MBOLOSI
NIM : 70200106027

saya rasa pemaparan dari kelompok 3 sudah cukup bagus namun seharusnya bila dalam makalah tersebut terdapat kendala-kendala maka seharusnya kelompok 3 harus dapat mencarikan solusi bagaimna menyelesaikan permasalahan jamban dan spal di kawasan pesisir ini. kira-kira menurut kelompok 3 solusi apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut.

Anonim mengatakan...

Nama : Marhamah
NIM : 70200106011
Kelp : 3

Wasalam...
Terima kasih atas pertanyaan saudari Sahriani,
1. Upaya yang harus dilakukan dalam mengubah kebiasaan sosial budaya pd masyarakat pesisir/pantai yaitu dengan memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada masyarakat pesisir tentang bahaya dari kebiasaan buruk mereka, walaupun dalam mengubah kebiasaan tersebut sangatlah sulit kerena sudah mendarah daging, serta menjelaskan tentang manfaat dari pengolahan limbah yang baik,sehingga mereka mengetahuinya.
2. Kegagalan penerapan standar teknis pd SPAL yaitu karena faktor-faktor kondisi fisik lingkungan, keterbatasan dana dan infrastruktur.

Anonim mengatakan...

nama : abd majid hr lagu
nim : 70200106070
trimakasi atas jawaban dari saudara rijal. di sini yang ingin saya pertegas bahwa sesuatu akan menjadi masalah jikalau kita mempermasalahkannya. bagi orang kesehatan jamban yang tidak sehat memang menjadi masalah namun bagi masyarakat pesisir itu bukanlah masalah.jadi mereka sama sekali tidak butuh jamban yang sehat. pertanyaan saya sebenarnya disini adalah, bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa jamban yang tidak sehat itu adalah masalah. dan yang kedua jikalau kita mendahulukan faktor ekonomi berarti kita menunggu dalam kurung waktu yang cukup lama, karena sebagaimana kita ketahui perekonomian indonesia berjalan sangat lambat bahkan terkesan jalan ditempat. apakah itu tidak kelamaan? dan keburu orang pesisir sakit semua ataukah memang anda langkah2 khusus dari anda untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah pesisir? tolong di jelaskan?

Anonim mengatakan...

AZIDIN ANHAR
70200106029

setelah saya membaca pertanyaan dari semua kawan-kawan, semua bertanya mengenai masalah jamban...
masalah jamban ini adalah masalah sanitasi pertama di daerah pesisir,, pemerintah melalui dinas kesehatan telah berusaha mencari solusi mengenai jamban ini, salah satunya yaitu melakukan proyek wc umum di daerah pesisir dan pemberitahuan PHBS di sekolah-sekolah dasar karena dari kecil kebiasaan itu akan berlanjut hingga dewasa. jadi kita mulai dari yang kecil jika yang sudah dewasa sulit kita berikan pengetahuan dan pendidikan..
terima kasih harap maklum

Anonim mengatakan...

Nama : Andi Haerani/ 70200106072

Assalmu alaikum...........
kepda kelompok 3 yang ingin saya tanyakan,
1.Tentang SPAL,
Memang sangat dilematis, masyarakat daerah pesisir berusaha memperbaiki SPALnya agar tidak mencemari laut tapi masyarakat non pesisir justru membuang limbahnya di laut. Bagaimana tanggapan anda???
2.Tentang jamban
Bagi saya memang sulit untuk menerapkan konsep sanitasi yang baik di daerah pesisir khususnya masalah jamban, karena ini juga terkait dengan kondisi tanah diwilayah pesisir, tapi itu bukan berarti konsep sanitasi tidak bisa diterapkan. Langsung saja ke study kasus...., saya punya keluarga juga tinggalnya di daerah pesisir, jg tidak mempunyai jamban. Beliau sih mw buat jamban tapi tempatnya tidak ada, selain karena kondisi tanah juga karena padatnya penduduk/rumah (berdempetan). Ada jamban umum tapi tempatnya cukup jauh. Tidak memungkinkan orang yang mau “defek” jalan cukup jauh lagi. Kira-kira solusi apa yang bisa diberikan terkait masalah ini???
Syukran.........

Anonim mengatakan...

nama :Dinda Febriantika.B
nim:70200106031

assalamuailaikum Wr.Wb

setelah saya membaca makalah yang anda angkat ini, saya ingin bertanya kepada anda,,,,!
Adakah upaya-upaya yang dilakukan oleh orang-orang terkait khususnya pemerintah,dalam menanggulangi hambatan-hambatan yang mengakibatkan SPAL di daerah pantai dan pesisir itu tidak memenuhi syarat...?

pertanyaan selanjutnya

dalam makalah anda tertulis bahwa Diwilayah perairan pantai pemanfaatan sumber energi, seperti hidrokarbon dan miniral telah dilakukan untuk menunjang pembangaunan pada sektor ekonomi. Fungsi lain yang dimiliki oleh wilayah pesisir dan lautan digunakan untuk berbagai kegiatan seperti transfortasi, pelabuhan, industri, agrobisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman, dan tempat pembuangan limbah. yang ingin saya tanyakan apakah ada dampak yang timbul akibat kegiatan-kegiatan itu,khususnya warga di yang tinggal disekitar kawasan tersebut,serta bagaimana cara menanggulanginya...?

Terimah kasih...!

Anonim mengatakan...

Imran......... Banyaknya pertanyaanmu Halowwwwww!!! kelebihan kow Kapank... hehehe

Anonim mengatakan...

Risna...

Terima kasih atas pertanyaan dari teman-teman,

Untuk sdr. Abd. Majid...
Sebenarnya, masyarakat pesisir juga tidak sepenuhnya menginginkan bahwa mereka harus membuang air limbah di laut, apalagi harus membuang hajat di tempat terbuka seperti laut. akan tetapi, kondisi sosial yang memaksa untuk kondisinya seperti itu. mungkin bagi mereka hal ini bukanlah masalah, akan tetapi secara etika dan estetika hal ini merupakan masalah besar. Kembali lagi kepada kesadaran masyarakat. apakah mereka selamanya ingin seperti itu atau tidak. jika tidak, mereka tentunya bisa berupaya agar pemerintah memberikan perhatian kepada mereka. dan juga hal ini seharusnya tidak lepas dari perhatian pemerintah.
Mengenai manakah faktor yang paling harus didahulukan dari ketiga faktor (kebiasaan, pendidikan, dan ekonomi) kita harus melakukan analisis USG (Urgensi, Seriousness dan Growth). dari segi urgensi, dari ketiga hal tersebut yang menjadi prioritas utama adalah masalah ekonomi. mengingat bahwa kondisi perekonomian masyarakat di daerah pesisir yang serba terbatas sehingga mereka harus selalu terkendala dalam melakukan kegiatan kemasyarakatan. dari segi keseriusan masalah, masalah ekonomi menjadi perhatian utama karena masalah ini menyangkut semua elemen, tidak hanya masyarakatnya akan tetapi juga termasuk pemerintahnya. dari segi pertumbuhan/perkembangan, masalah ekonomi tetap menjadi prioritas utama karena ekonomi merupakan masalah nasional yang sangat mudah terpengaruh. terutama terhadap laju inflasi dan krisis moneter. Mudah-mudahan cukup jelas. Thx...

Untuk sdr. Imran...
Mungkin maksud anda adalah jamban dan SPAL, bukan ASPAL...
1. Kembali lagi, masyarakat pesisir berada pada posisi sosial yang megnharuskan kondisi mereka seperti itu. cara untuk mengatasinya adalah dengan melakukan upaya pendekatan kepada msyarakat yang dapat dipengaruhi untuk berubah perilaku. dan yang juga dapat mempengaruhi masyarakat lainnya untuk berubah perilaku...
2. Dalam hal ini, peranan pemerintah dapat dilihat dalam upaya untuk menertibkan permukiman yang ada di kawasan pesisir dengan membangun fasilitas rumah susun, yakni fasilitas yang terpusat. sehingga, masyarakat tidak perlu memikirkan lagi masalah SPAL dan Jamban. akan tetapi, kembali lagi kepada masyarakatnya, apakah mereka mau menerima dan menjaga fasilitas yang diberikan pemerintah atau tidak...
3. Secara khusus, tidak peraturan perundang-undangan yang membahas mengenai Jamban dan SPAL, akan tetapi beberapa peraturan yang terkait seperti :
- Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab I Pasal 1 Poin 16.
- Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan pada Bab V Pasal 11 poin 1 dan Pasal 22 poin 2 & 3.
- KepmenLH No.111 tahun 2003 tentang pedoman mengenai isyarat dan tata cara perizinan serta pedoman pembuangan air limbah ke air atau sumber air. (khusus bagi badan usaha yang akan membuang limbahnya ke laut atau sungai dan sumber air lainnya). mudah-mudahan cukup jelas. Thx...

Anonim mengatakan...

Risna...
Terima kasih atas pertanyaan dari teman-teman...

Untuk sdr. Anwar...
Solusi yang paling rasional untuk dilakukan saat ini adalah dengan melakukan pendekatan-pendekatan kepada masyarakat. misalnya pendekatan secara sosial. kita mencari tahu sebenarnya apasih yang dibutuhkan oleh masyarakat dan apa yang diinginkan oleh mereka untuk mengatasi masalah tersebut. agar pada akhirnya nanti, kita tidak sia-sia dalam melakukan program kegiatan. yang diharapkan adalah kegiatan tersebut tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemerintah, akan tetapi lebih banyak mendatangkan manfaat keopada masyarakat.

Untuk sdr(i). Andi Haerani...
1. Suatu badan usaha yang menghasilkan limbah biasanya membuang limbah mereka ke laut dengan asumsi bahwa nantinya air laut akan mempurifikasi limbah yang mereka masukkan. akan tetapi, saat ini kuantitas limbah yang dimaasukkan ke laut sudah melebihi ambang batas sehingga dikatakan sudah mencemari air laut. air laut tidak lagi mampu melakukan self purifikasi terhadap limbah-limbah tersebut. ditambah lagi limbah yang dihasilkan oleh masyarakat pesisir. sebenarnya, limbah masyarakat pesisir tidak berahaya bagi laut, akan tetapi dari sudut pandang estetika, hal ini menjadi masalah yang cukup besar. jadi, yang diperlukan adalah ketegasan pemerintah dan regulasi yang berlaku serta kesadaran diri pribadi setiap elemaen terkait.
2. Solusinya adalah masyarakat dapat mengupayakan sendiri untuk menentukan titik-titik yang mudah dijangkau sebelum kawasan tersebut penuh. masyarakat dapat menentukan sendiri seperti apa pendapat dan saran mereka untuk diajukan kepada pemerintah, sehingga pemerintahpun tidak melakukan kegiatan yang sia-sia. Jadi, masyarakatpun harus dibiasakan agar jamban terpelihara dan terjaga... Mudah-mudahan cukup jelas. Thx...

Untuk sdr(i). Ariyanti...
Kondisi topografi daerah pesisir yang rendah menyebabkan sulitnya pembuatan sarana dan prasarana penunjang sanitasi lingkungan seperti SPAL dan Jamban. Akan tetapi, hal ini dapat diusahakan dengan mengupayakan pembuatan SPAL dan jamban secara komunal terpusat dengan menggunakan sistem septic yang dapat dipindahkan ke mobil septic untuk mendapatkan pengolahan. juga untuk lebih memudahkan dalam pengelolaan dan pemantauannya. Mudah-mudahan cukup jelas. Thx...

Untuk sdr(i) Dinda Febriantika B...
sebenarnya, SPAL di daerah pesisir itu memenuhi syarat bagi mereka, tapi secara kesehatan belum. dikarenakan prasarana yang kurang memadai. pemerintah telah mengupayakan pengelolaannya dengan membangun rumah susun (condominium) untuk menertibkan masyarakat serta untuk lebih memudahkan penyediaan sarana dan prasarananya. jadi, yang harus kita lakukan adalah berupaya memperbaiki sistem yang kita jalankan selama ini dan berupaya untuk menjaganya. Mudah-mudahan cukup jelas. Thx...

Anonim mengatakan...

NAMA: MUARIFA MUSLIMIN
NIM: 70200106083
KELOMPOK IV

ASSALAMUALAIKUM..
Yang ingin saya tanyakan, sejauh mana peran pemerintah dalam menangani masalah sanitasi lingkungan yang ada pada kawasan pesisir

Aswadi mengatakan...

ass. SeLama di daerah pesisi pengunaan (SPAL)sangat tidak memenuhi syarat? khususnya masalah jamban?? hal ini tentunya sangat memepengaruhii tingkat kesehatan di daerah kawasan pesisir?? tentunya pemerintah telah mengatasi masalah? tersebut tapi belum begitu efektif kendala" apa saja yang di hadapi pemerintah dalam mengatasi masalah tersebutt???

Anonim mengatakan...

nama Amriati/70200106001
kelompok:1
assalamualaikum...
Dalam makalah yang anda sajikan, anda telah memaparkan bahwa dengan adanya karakteristik dan dinamika alamiah ekosistem pesisir dan lautan yang secara ekologis saling terkait satu dengan lainnya. yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana karakteristik sanitasi lingkungan yang ada dikawasn pesisir??

trus...yang ke-2
Permasalahan air limbah yang kian memburuk di kawasan permukiman pesisir khususnya permukiman nelayan tidak dapat tertangani secara baik. Hal ini diLatar belakangi dengan kebiasaan sosial-budaya yang sulit berubah.
pertanyaan saya adalah jika ditinjau dari sosial-budaya faktor apa saja yang menyebabkan air limbah kian memburuk??

Anonim mengatakan...

Nama : Marhamah
NIM : 70200106011
Kelp : 3

Trima kasih kpd saudari Muarifa Muslimin atas pertanyaanya,...
Peran pemerintah dlm menangani masalah sanitasi lingkungan yaitu Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan mengenai pengolahan limbah (sanitasi lingkungan), bhw air limbah yg di alirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan (baku mutu air limbah). apabila air limbah tdk memenuhi ketentuan tsb maka perlu di lakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke lingkungan. Tetapi dalam pelaksanaannya tidak mudah, krn pemerintah tidak bisa menanggulangi masalah sanitasi lingkungan sendiri tanpa adanya peran serta masyarakat, yg biasanya sangat erat kaitannya dgn perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan masyarakat itu sendiri.

Anonim mengatakan...

Masjuniaty/70200106081
Terima kasih atas pertanyaan dari saudari Amriati :
jika ditinjau dari sosial-budaya yg menyebabkan air limbah kian memburuk,yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), lambatnya perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat, buruknya sanitasi lingkungan permukiman, degradasi budaya dan semangat kebaharian, serta masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk.

Anonim mengatakan...

Indri Mila Cahaya/70200106077/klp II
Assalamu Alaikum''''''
wah...semakin seru saja ya diskusinya,palagi dengan topik yang cukup mnarik.
Namun lepas dari itu semua,
selama ini sudah banyak ya baik itu di media cetak maupun elektronik bahkan sering menjadi topik perbincangan hangat dlm seminar-seminar kesehatan,argumen-argumen yang dilontarkan cukup menjanjikan atau program-program yang telah dicanangakan tentang upaya peningkatan kesehatan lingkungan pada umumnya dan wilayah pesisir khususnya. Namuan semua itu tetap menjadi argumen dan program yang pasif dan tidak terealisasi sepenuhnya,realita yang ada,masalah kesehatan lingkungan terutama di kawasan pesisir pantai masih masalah dari yang kemarin, sekarang dan besok. Sampai kapan akan seperti ini, kapankah argumen-argumen itu teraplikasikan dan tidak menjadi argumen kosong semata,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
bagaimana teman-teman kelompok III menanggapi hal tersebut????????????
terima Kasiiiiiiiiih
Iin_MC

Anonim mengatakan...

nama :dina fauziah bahtiar
nim :70200106004

ASSALAMUALAIKUK WR. WB.

dari judul makalah anda tentang konsep sanitasi lingkungan kawasan pantai pesisir mengenai SPAL, saya dapat:
1. menarik satu pertanyaan, yaitu bagaimana pendapat anda terhadap perilaku masyarakat yang sering membuang langsung air limbahnya ke dalam laut?
2. apakah ada cara yang tepat untuk mengatasi kebiasaan masyarakat yang sering membuang limbahnya ke dalam laut?
"thanks"

Anonim mengatakan...

Nama : Marhamah
NIM : 70200106011
Kelp : 3

Wasalam....
Trima kasih atas pertanyaan dari saudari Dina Fauziah Bahtiar, menurut pendapat saya tentang perilaku masyarakat yang sering membuang air limbahnya langsung ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu yaitu karena kurangnya pengetahuan tentang akibat buruk dari perilaku mereka,dan diakibatkan kurangnya lahan untuk pengolahan limbah tersebut. Untuk megatasi kebiasaan buruk tersebut pihak yang terkait harus memberikan penyuluhan tentang akibat buruk dari perilaku mereka tersebut dan menbuatkan tempat pengolahan limbah secara terpadu... serta menjelaskan tentang manfaat dari pengolahan limbah agar mereka bisa mengubah perilaku buruk mereka menuju perilaku yang lebih baik sehingga penyakit yang berbasis lingkungan dapat di hindari atau diminimalkan.

Anonim mengatakan...

Risna...
Assalamu'alaikum, terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan dari teman-teman.

Untuk sdr(i) Indri Mila Cahaya...
sebenarnya, pemerintah dan orang-orang yang memiliki posisi dalam hal yang terkait dengan pembangunan di daerah pesisir sesungguhnya tidak hanya menggaungkan masalah pembangunan kawasan pesisir di media cetak, akan tetapi, merekapun semakin gencar memperkenalkan daerah pesisir sebagai kawasan wisata. akan tetapi, mereka lupa bahwa di daerah pesisir banyak sekali warga yang butuh lebih diperhatikan. biasanya, pemerintah hanya memikirkan bagaimana agar APBD makin meningkat. kita hanya bisa berharap bahwa pemerintah dapat lebih fokus terhadap kebijakan yang akan diterapkan di daerah pesisir, terutama mengenai sosial ekonomi kemasyarakatan di daerah pesisir. Mudah-mudahan puasssss dengan jawabannya. Thx...

Anonim mengatakan...

Nama : Muharti Syamsul
NIM : 70200106085

ASS....
Makalah yang sanagt menarik untuk di perbincangkan,,,,
di sini saya ingin menanyakan, sebagaimana yg tertulis dalam makalah tman klmpk ini bahwa pengalaman pembangunan, sumber daya pesisir, dan lautan di PJP I umumnya mengarah ke suatu pola yang merusak daya dukung ling. dan tidak berkesinambungan. Menurut tman2 mengapa hal demikian terjadi, cb jelaskan sesuai dgn PJP I yg tman2 temukan...

Anonim mengatakan...

Nama : Mutmainna
NIM : 70200106086

ass...
makalah tman2 sangat bagus dan menarik tapi ada yang ingin saya tanyakan...
Menurut tman2, apa yang menyebabkan sistem multifungsi tdk dpt terencana dgn baik begitu juga dgn integritasi dgn koordinasi perencanna di tiap sektor sehingga tidak tercapainya tujuan pembangunan yang optimal ? dan bagaimana cr mengatasinya ?
makasih ....

Anonim mengatakan...

ASMAWAYI/70200106028

Assalamu alaikum....

Air limbah rumah tangga berbeda dengan air limbah industri,karena zat-zat yang terkandung dalam air limbah industri sangat bervariasi sesuai pemakaiannya.Oleh sebab itu dampak yang di akibatkannya juga sangat bervariasi,bergantung kepada zat-zat yang terkandung di dalamnya.yang ingin saya tanyakan:

1.jelaskan zat yang menimbulkan dampak yang paling berbahaya dalam air limbah industri apabila mencemari ekosistem yang ada di laut atau sekitarnya????????

2.Bagaimana menurut anda apabila melihat masyarakat di daerah pesisir pantai langsung membuang limbahnya(limbah industri dan rumah tangga) ke air laut atau daerah sekitarnya tanpa pengolahan terlebih dahulu?????????

Anonim mengatakan...

UMUL WAQIAH (70200106092/ KLP. 6)

Assalamu 'alaikum
Sebelumnya saya ingin mengkritik makalah anda pada point.2.1 Konsep dan Sistem Saluran Pembuangan Ekskreta (Jamban) di Kawasan Pesisir, anda menuliskan "Air tanah secara periodik naik hingga mencapai 2 kaki di atas permukaan atau kamu tidak mengetahuinya." Maksudnya 'kamu' itu siapa? dan kedengaran ganjil sekali anda menuliskan kalimat tersebut.
Pertanyaan:
Seperti yang kita ketahui bahwa membuang kotoran (feces)di pinggir pantai merupakan kebiasaan masyarakat yang sangat sulit untuk diubah. Tidak menutup kemungkinan jika kita tinggal di lingkungan seperti itu, kita juga akan seperti itu. Bukan hanya mereka yg tidak mempunyai jamban, tapi justru mereka yang punya jamban pun turut membuang feces mereka di pinggir pantai. Berarti ekonomi (dana pembuatan jamban)disini bukan merupakan salah satu faktor utama/penting yg menyebabkan mreka melakukan hal tersebut. Tapi terkait karena budaya mereka mungkin yg menganggap bahwa kurang afdhol hari-hari yg mereka lalui tanpa membuang feces dipinggir pantai. Pertaan saya, apa usaha dan pendekatan-pendekatan apa saja yang perlu dilakukan untuk mengubah perilaku mereka yang seperti ini. Karena walaupun kita telah memberikan health education kepada mereka, ini tak akan berhasil 100%. Karena terkadang oleh sebagian orang/kelompok sebanyak apapun dan sebagus apapun pengetahuan yg mereka dapatkan, tak mampu mengubah perilaku dan budaya mereka. Terima Kasih..

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb

Nama: Emma Widiatmy Ismail
Nim: 70200106074
Klmpk: 1

Bagaimana teknis pembuangan limbah industri ke Laut agar tidak mengganggu sumber hayati Laut yg ada? Jelaskan sesuai dengan kondisi perairan di Indonesia!