Rabu, 02 Desember 2009

Kelompok IV: Sistem Ketahanan Pangan di Kawasan Pantai & Pesisir

Nama-nama kelompok:

  • Muarifa Muslimin
  • Nurjannah
  • Ulfa Sri Alang
  • Abdul Majid HR Lagu
  • Maqbul Syarif

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Wilayah pesisir dan laut Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiviersity) terbesar di dunia, yang tercermin pada keberadaan ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan berjenis-jenis ikan, baik ikan hias maupun ikan konsumsi (Bappenas, 2007).

Sekitar 75% dari luas wilayah nasional adalah berupa lautan. Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah interaksi/peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar serta jasa lingkungan lainnya. Kekayaan sumber daya yang dimiliki wilayah tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan secara langsung atau untuk meregulasi pemanfaatannya karena secara sektoral memberikan sumbangan yang besar dalam kegiatan ekonomi misalnya pertambangan, perikanan, kehutanan, industri, pariwisata dan lain-lain(Anonim, 2006b).

Indonesia sebagai negara agraris dan maritim yang mempunyai kekayaan sumberdaya alam sangat potensial, sudah sewajarnya harus mampu mencukupi kebutuhan pangan bagi penduduknya, karena pangan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan hankam. Meskipun swasembada beras pernah dicapai pada tahun 1984, namun dengan adanya gangguan iklim dan perubahan orientasi pembangunan ekonomi, maka Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras. Dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan pangan dalam arti luas, Indonesia juga belum mampu mencapai swasembada, apalagi bila dikaitkan dengan pemenuhan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan, bahwa Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Selanjutnya, masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi dan penyediaan, perdagangan dan distribusi, serta sebagai konsumen yang berhak memperoleh pangan yang aman dan bergizi.

Mewujudkan ketahanan pangan telah menjadi komitmen nasional sebagaimana dicantumkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara 1999-2004 yaitu "Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya pangan, kelembagaan dan budaya lokal, dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi, baik jumlah maupun mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau, dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani/nelayan serta produksi yang diatur dengan undang-undang".

B. Rumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada, maka muncullah beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

  1. Pengertian ketahanan pangan
  2. Masalah serta ancaman yang timbul berkaitan dengan system ketahanan pangan
  3. Kebijakan sistem ketahanan pangan di Indonesia
  4. Upaya menstabilkan ketahanan pangan

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu tak lain agar supaya mahasiswa/pembaca mampu:

1. Mengetahui pengertian ketahanan pangan

2. Mengetahui masalah serta ancaman yang timbul brkaitan dengan system ketahanan pangan

3. Mengetahui kebijakan sistem ketahanan pangan di Indonesia

4. Mengetahui cara atau upaya menstabilkan ketahanan pangan


BAB. II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ketahanan pangan

Pengertian Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman ( UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan ).

Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 memberikan definisi ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sementara USAID (1992) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai satu kondisi dimana masyarakat pada satu yang bersamaan memiliki akses yang cukup baik secara fisik maupun ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dietary dalam rangka untuk peningkatan kesehatan dan hidup yang lebih produktif. Perbedaan mendasar dari dua definisi ketahanan pangan tersebut yaitu pada UU No 7/1996 menekankan pada ketersediaan, rumah tangga dan kualitas (mutu) pangan. Sedangkan pada definisi USAID menekankan pada konsumsi, individu dan kualitas hidup. FAO (1997) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai situasi di mana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dan di mana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut. Hal ini berarti konsep ketahanan pangan mencakup ketersediaan yang memadai, stabilitas dan akses terhadap pangan-pangan utama. Determinan dari ketahanan pangan dengan demikian adalah daya beli atau pendapatan yang memadai untuk memenuhi biaya hidup (FAO, 1996).

Berdasarkan pengertian dan konsep tersebut di atas maka beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ”ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan”. Salah satu unsur tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik (Arifin, 2004). Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses dan ketersediaan pangan tersebut merupakan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan (Von Braun et al, 1992).

B. Masalah dan ancaman ketahanan pangan

Masalah ketahanan pangan

Pada lingkup nasional dan regional telah terjadi peningkatan dalam jumlah dan jenis pangan yang dibutuhkan, baik karena pengaruh pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, peningkatan kesadaran kesehatan, dan pengaruh globalisasi budaya konsumsi pangan. Juga terjadi peningkatan tuntutan distribusi pangan akibat persebaran jumlah penduduk dan pemukiman. Pada saat yang sama kompetisi penggunaan lahan dan prinsip keunggulan komparatif telah mengakibatkan sumberdaya produksi semakin terbatas dan terpusat. Hal ini menjadikan masalah pangan tidak lagi dapat ditunda : jumlah manusia yang kelaparan dan kurang gizi sudah sangat besar, dan hal ini merupakan pelanggaran hak azasi yang paling serius.
Namun demikian disadari sepenuhnya bahwa pembangunan ketahanan pangan bukan hal yang mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi :
1. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin seriusmenekan ketersediaan sumberdaya alam yang dapat dipergunakan untuk menyediakan pangan, yang memang sudah sangat terbatas.

2. Masalah kemiskinan menjadi salah satu masalah paling serius dikaitkan dengan ketahanan pangan. Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan hal yang berada pada dua sisi dari uang logam yang sama.

3. Keterbukaan global, telah menjadikan pangan sebagai salah satu komoditi yang paling menentukan dalam komunikasi dan percaturan kepentingan global. Dalam hal ini semakin banyak negara yang harus memenuhi kebutuhan pangannya dari negara lain, dan beberapa negara yang memiliki surplus pangan terus meningkatkan surplusnya juga kemampuan untuk terus menjaga pertumbuhan surplus tersebut.

4. Telah terjadi gejala kerawanan pangan, baik pada berbagai kasus kelaparan dan mutu pangan rendah maupun pada ketidak-pastian akan tersedianya pangan yang cukup dan bermutu.

5. Telah terjadi gejala keterjebakan pangan yang serius, terutama dilihat semakin banyaknya komoditas pangan yang harus diimpor dalam jumlah yang relatif besar dibandingkan dengan kebutuhan (lihat komoditi terigu, gula, kedele, garam, susu, dan lain-lain). Hal ini tidak dapat dipisahkan dari percaturan kepentingan global dari beberapa negara besar. Dalam hal ini perdagangan internasional tidak hanya penyangkut perang dagang, tetapi juga perang dan usaha dominasi berbagai kepentingan.

6. Terdapat gejala penyusutan jumlah unsur pendukung ketersediaan pangan akibat pertumbuhan dan jumlah permintaan yang sangat besar, sehingga penyusutan jumlah lebih banyak dari kemampuan reproduksi (lihat situasi pada ternak, sawah, dan produk perkebunan).

Pada masyarakat di wilayah pesisir, masalah yang dihadapi antara lain:

Kesejahteraan petani dan nelayan masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi. Tingkat kesejahteraan yang antara lain tercermin dari nilai tukar petani/nelayan termasuk masyarakat yang tinggal di sekitar dan bergantung dari hutan menunjukkan bahwa pada tahun 2003 di sebagian besar wilayah masih memiliki nilai tukar petani/nelayan dibawah nilai tukar tahun 1983. Artinya, meskipun kontribusi sektor pertanian secara keseluruhan sangat besar terhadap perekonomian nasional, namun kesejahteraan petani dan nelayan tidak mengalami perubahan. Selanjutnya, sekitar

70-80 persen kelompok masyarakat ini termasuk golongan miskin dengan usaha pertanian, perikanan

dan kehutanan, yang masih tradisional dan bersifat subsisten. Minimnya akses terhadap informasi dan sumber permodalan, menyebabkan masyarakat petani/nelayan, dan masyarakat pesisir tidak dapat mengembangkan usahanya secara layak ekonomi.

Akses petani dan nelayan ke sumberdaya produktif termasuk permodalan dan layanan usaha masih sangat terbatas. Dukungan kredit untuk usaha pertanian dalam mendukung kebutuhan modal petani dan nelayan masih terbatas. Kredit yang tersedia selama ini hanya dalam bentuk kredit ketahanan pangan (KKP) untuk produsen padi dan tebu. Sementara, jumlah kredit perbankan yang teralokasikan untuk usaha perikanan hanya sekitar 0,02 persen dari total kredit. Keterbatasan modal kurang mendorong petani dan nelayan untuk menerapkan teknologi baru dalam meningkatkan produktivitas, membatasi peningkatan nilai tambah, dan mengakibatkan ketergantungan pada penyediaan modal informal (pengijon). Akses petani dan nelayan terhadap prasarana dan sarana transportasi juga menghambat pemasaran produk pertanian dan perikanan sehingga menekan harga produk. Hal ini antara lain disebabkan oleh belum berpihaknya kebijakan ekonomi makro kepada petani dan lemahnya koordinasi antar lembaga.

Ancaman

Perubahan iklim yang ekstrem telah mengganggu kesimbangan kehidupan di muka bumi. Bahkan perubahan iklim ini telah berimplikasi pada semua bidang: politik, ekonomi, budaya, pertanian dan lain-lain. Kesemuanya itu menjadi ancaman serius, yang jika tidak segera ditangani akan membawa kehancuran bagi struktur kehidupan. Salah satu dampak yang paling terasa dari perubahan iklim tersebut adalah terancamnya kondisi ketahanan pangan. Kondisi ini sesungguhnya sudah mulai terasa goyah dalam beberapa tahun terakhir ini. Ketersediaan bahan pangan pun terancam. Tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh belahan bumi ini. Terkhusus bagi bangsa Indonesia, jika tidak diantisipasi serta dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi secara sungguh-sungguh, perubahan iklim akan membawa dampak sosial, ekonomi dan politik yang serius. Misalnya, stok bahan pangan yang terbatas akan mengakibatkan ketergantungan pada bangsa lain. Maka penjajahan ekonomi pun bisa terjadi di kemudian hari. Seperti kita ketahui, berita kegagalan panen di banyak daerah telah menjadi santapan harian media massa. Demikian juga dengan kemiskinan bagi masyarakat yang diakibatkan seringnya gagal panen. Hal ini menandaskan bahwa kita tidak mampu lagi mengatasi dampak pemanasan global yang berdampak langsung pada sektor pertanian.
Sektor pertanian, terutama pertanian pangan, merupakan sektor yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim. Hal ini sangat wajar mengingat mayoritas pertanian tanaman pangan masih mengandalkan pada curah hujan. Artinya, sistem pertanian kita masih terpaku pada musim. Tak heran musim tanam yang dianjurkan pemerintah didasarkan pada perkiraan dukungan cuaca yang bisa membawa dampak pada pemaksimalan hasil panen.
Dampak langsung pemanasan global yang dirasakan pada sektor pertanian adalah menurunya produktifitas. Jika dirunut ke belakang, bahwa ada kecenderungan produksi beras dalam negeri tidak beranjak secara signifikan. Terganggunya siklus iklim, khususnya musim hujan dan kemarau adalah penyebab utamanya. Pergeseran musim yang sulit dipredikasi turut serta memberi kontribusi secara mutlak. Beberapa waktu yang lalu, pemerintah melalui Departemen Pertanian bahwa kekeringan yang terjadi di Indonesia telah berdampak pada 426.000 hektar tanaman padi. Dibeberapa wilayah, gagal panen. Kekeringan yang disebabkan oleh karena aliran air yang sangat terbatas dan bahkan berhenti total. Namun disisi lain, pergantian musim yang begitu cepat juga tak jarang menyebabkan banjir. Banjir juga sering menyebabkan gagal panen. Karena itu, baik kekeringan yang panjang maupun banjir, sama-sama mengganggu produksi beras. Perubahan iklim telah mengganggu keseimbangan hasil pertanian. Padahal kita dihadapkan pada kenyataan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Bisa ditebak, bagaimana dampaknya nanti bagi kelangsungan hidup dari mayoritas masyarakat tersebut. Beras dalam komponen utama bagi perwujudan ketahanan pangan. Jika produksi beras dalam negeri berkurang, maka satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan melakukan import beras. Sama-sama kita ketahui, jika impor beras terus dilakukan bisa berdampak pada ketergantungan mutlak bangsa ini terhadap negara lain. Tidak hanya itu saja, impor beras yang dilakukan secara terus menerus akan memiskinkan para petani. Untuk itu, kita perlu terus melakukan upaya revitalisasi pertanian. Revitalisasi ini tentunya diperlukan dukungan kebijakan pemerintah yang pro pada lingkungan. Perubahan iklim harus cepat diantisipasi. Langkah untuk menanam pohon yang digagas pemerintah harus dilakukan secara kontinu. Ancaman ketahanan pangan telah menghantui kita. Pemanasan global adalah penyebab utamanya. Maka, tak ada lagi pilihan lain bagi kita, selain berbenah. Tujuan kita adalah bagaimana menyelamatkan agar pemenuhan kebutuhan pangan bisa teratasi. Jangan lagi ktia terpaku pada impor beras.

C. Kebijakan sitem ketahanan pangan di Indonesia

Menghadapi tantangan serta masalah besar yang telah dipaparkan diatas, sinkronisasi kebijakan nasional dan daerah menjadi syarat mutlak. Tidak mungkin terjadi ketahanan pangan nasional tanpa operasionalisasi kebijakan ketahanan pangan daerah, dan tidak ada daerah yang mampu membangun ketahanan pangannya sendiri tanpa keterkaitannya dengan daerah lain. Beberapa daerah dapat memiliki surplus suatu jenis pangan, tetapi tidak untuk jenis pangan lainnya. Beberapa daerah mungkin memang merupakan sentra produksi pangan, tetapi faktor produksinya dihasilkan didaerah lain (misalnya keterkaitan dalam DAS, masalah input produksi, transportasi, dll). Namun lebih daripada itu, adalah tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan jika daerah yang surplus tidak memperhatikan kepentingan daerah yang minus pangan. Oleh sebab itu, pengembangan ketahanan pangan perlu diawali dengan pengembangan strategi ketahanan pangan daerah, yang kemudian disinkronisasikan dan dikoordinasikan dengan daerah lain serta diletakkan dalam kerangka ketahanan pangan nasional. Saat ini, sinkronisasi antar daerah dan koordinasi tingkat nasional masih menjadi sesuatu yang langka.
Jawaban atas beberapa pertanyaan mendasar dikaitkan dengan posisi global pangan Indonesia serta strategi ketahanan pangan daerah tersebut kemudian menjadi bagian integral dari rekonstruksi kebijakan pangan Indonesia yang setidaknya perlu mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Dibangun dari ketahanan pangan keluarga (usaha peningkatan gizi dari pekarangan), dikuatkan dengan ketahanan pangan komunitas dusun/ desa (lumbung desa, sistem isyarat dini kerawanan pangan), dan dimantapkan dengan ketahanan pangan daerah. 2. Menjadi bagian integral dari usaha penanggulangan masalah kemiskinan dan sebaliknya, penanggulangan kemiskinan menjadi unsur pokok pengembangan ketahanan pangan.
3. Konsumsi dan produksi pangan yang beragam, berbasis sumberdaya lokal.
4. Dalam perspektif domestik, strategi pengembangan pangan yang selama beberapa puluh tahun diperkenalkan dan dilaksanakan, telah kehilangan banyak komponen penunjangnya yang menyebabkan strategi tersebut sangat sulit untuk dapat dipertahankan. Disamping itu, memang terdapat berbagai perubahan yang memaksa untuk merubah strategi ketahanan pangan. Perubahan dimaksud adalah

a. Dari hanya beras menjadi pangan secara keseluruhan

b. Dari dominasi pemerintah menjadi peran serta masyarakat

c. Dari serba sentralisasi menjadi desentralisasi

d. Dari pola negara yang tertutup dan penuh proteksi menjadi sistem yang (harus) dibuka

e. Dari pola yang memperoleh berbagai dukungan dan kemudahan menjadi pola yang harus dilaksanakan dengan berbagai keterbatasan.

f. Sedangkan khusus untuk penganeka-ragaman pangan, selama kebijakan pangan masih berorientasi beras dengan berbagai dukungan yang diberikan akan sangat sulit dilakukan usaha penganeka-ragaman pangan yang bertumpu pada inisiatif pemerintah (pusat) karena akan timbul conflict of interest. Disisi lain hal ini memberikan peluang bagi pengembangan keaneka-ragaman pangan yang berbasis daerah dan partisipasi masyarakat, atau jika dilihat dari pelaku utamanya adalah pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat secara umum. Dalam perspektif strategi, terdapat dua pilihan: (1) menjadi substitusi dari beras, dan hal ini harus diwujudkan dalam kemampuan untuk memproduksi dan mendistribusikan pangan aneka yang lebih murah dan mudah dari beras; atau (2) menjadi komplementer atau memberi ruang alternatif bagi konsumen untuk memilih selain atau dikombinasikan bersama beras sebagai pangan pokok. Pilihan alternatif kedua tampaknya lebih realistis untuk menjadi basis kebijakan strategis dalam sistem kebijakan pangan yang lebih baik.

Pengembangan strategi ketahanan pangan tersebut telah mendapatkan dasar hukum yang kuat. Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 2002 merupakan salah satu bentuk peraturan perundangan yang terkait dengan pengembangan strategi dimaksud, yang sebenarnya juga telah dimulai sejak dikeluarkannya UU no 7 tahun 1996 tentang Pangan. PP-68/2002 tersebut memuat hal-hal yang berkaitan dengan (a) ketersediaan pangan, (b) cadangan pangan nasional, (c) penganeka-ragaman pangan, (d) pencegahan dan penanggulanagn masalah pangan, yang terdiri dari pencegahan masalah pangan penanggulangan masalah pangan, dan pengendalian harga, (e) (peran) pemerintah daerah dan peran masyarakat; dan (f) pengembangan sumberdaya manusia dan kerjasama internasional. Secara operasional, implementasi PP-68/2002 tersebut akan bertumpu pada usaha-usaha yang terkait dengan :

a. Peningkatan produksi dan produktivitas

b. Pengelolaan pemanfaatan produksi dalam negeri dan pemasukan atau impor

c. Pengelolaan cadangan pangan

d. Distribusi pangan

Dalam hal ini perubahan operasionalisasi ketahanan pangan, terutama keempat usaha pokok diatas, akan menentukan bentuk kongkrit dari perubahan strategi ketahanan pangan yang akan dilakukan, yang kemudian akan menentukan pencapaian ketahanan pangan rakyat Indonesia saat ini dan dimasa yang akan datang.

D. Upaya menstabilkan ketahanan pangan

Peningkatan Kapasitas Produksi Pangan

Ketahanan pangan tak lepas dari peran strategis sector pertanian yang secara empiris tidak hanya berkontribusi dalam aspek penyediaan, tetapi juga mempunyai peranan yang luas. Sektor pertanian memproduksi pangan dan secara global merupakan gantugan nafkah utama sekitar 36 persen penduduk d dunia. Karena merupakan kebutuhan dasar manusia, maka pangan haruslah pada setiap waktu dan tempat tersedia dalam kualitas yang cukup dan dapat di akses ( dengan harga yang terjangkau ).

Pada ketersediaan pangan, kontrisbusi diversifikasi dalam peningkatan

kapasitas produksi terjadi melalui:

(l) peningkatan luas baku lahan dan sumberdaya pesisir untuk memproduksi pangan,

(2) perbaikan distribusi spasial sumberdaya lahan dan air untuk memproduksi pangan,

(3) peningkatan produktivitas air untuk pangan,

(4) peningkatan unit-unit usahatani yang memproduksi pangan, dan

(5) revitalisasi sebagian kelembagaan lokal yang kondusif untuk keberlanjutan system produksi pangan.

Revitalisasi kelembagaan lokal

Pada kelembagaan lokal terdapat sejumlah nilai yang sangat mungkin dapat dimanfaatkan untuk mendukung gerakan back to nature yang

kini disadari oleh banyak kalangan merupakan resep untuk mengurangi dampak

negatif perilaku masyarakat modern yang cenderung eksploitatif.

BAB.III

PENUTUP

Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 memberikan definisi ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi dalam ketahanan pangan diantaranya yakni:

Pertambahan jumlah penduduk yang semakin serius menekan ketersediaan sumberdaya alam.

Masalah kemiskinan.

Telah terjadi gejala kerawanan pangan, baik pada berbagai kasus kelaparan dan mutu pangan rendah maupun pada ketidak-pastian akan tersedianya pangan yang cukup dan bermutu.

Selain itu, bagi masyarakat pesisir, permasalahan yang muncul yakni: Kesejahteraan petani dan nelayan masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi serta Akses petani dan nelayan ke sumberdaya produktif termasuk permodalan dan layanan usaha masih sangat terbatas.

Upaya yang bias dilakukan dalam menstabilkan ketahanan pangan yakni:
(l) peningkatan luas baku lahan dan sumberdaya pesisir untuk memproduksi pangan,

(2) perbaikan distribusi spasial sumberdaya lahan dan air untuk memproduksi pangan,

(3) peningkatan produktivitas air untuk pangan,

(4) peningkatan unit-unit usahatani yang memproduksi pangan, dan

(5) revitalisasi sebagian kelembagaan lokal yang kondusif untuk keberlanjutan system produksi pangan.

Kebijakan pangan Indonesia yang setidaknya perlu mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Dibangun dari ketahanan pangan keluarga (usaha peningkatan gizi dari pekarangan), dikuatkan dengan ketahanan pangan komunitas dusun/ desa (lumbung desa, sistem isyarat dini kerawanan pangan), dan dimantapkan dengan ketahanan pangan daerah.
2. Menjadi bagian integral dari usaha penanggulangan masalah kemiskinan dan sebaliknya, penanggulangan kemiskinan menjadi unsur pokok pengembangan ketahanan pangan.
3. Konsumsi dan produksi pangan yang beragam, berbasis sumberdaya lokal.
4. Dalam perspektif domestik, strategi pengembangan pangan yang selama beberapa puluh tahun diperkenalkan dan dilaksanakan, telah kehilangan banyak komponen penunjangnya yang menyebabkan strategi tersebut sangat sulit untuk dapat dipertahankan.


DAFTAR PUSTAKA

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Pros_Rachmat_06.pdf/ sabtu, 28 ovember 2009. Makassar.

http://www.duniaesai.com/ekonomi/eko8.html/ sabtu, 28 november 2009. Makassar.

http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dasgro.html/ sabtu, 28 november 2009. Makassar.

http://www.deptan.go.id/pesantren/bkp/rencana-strategis.htm/ senin, 30 november 2009

http://www.bulog.co.id/data/doc/juara2.pdf/ senin, 30 november 2009

http://tarkhiena.multiply.com/reviews/item/1 senin, 30 november 2009

epserv.unila.ac.id/.../Bab%2019%20(Pertanian).doc/ senin, 30 november 2009

47 komentar:

Anonim mengatakan...

AZIDIN ANHAR
70200106029

ass,,
saya ingin mengomentari makalah ini,,, makalah ini lumayan baik mengenai masalah ketahana pangan secara umum,,, namun di dalam makalah ini tidak mebahas masalah kesehatan dan hubungannya dengan ketahanan pangan karena mata kuliah ini mengenai kesling kawasan pantai pesisir

Anonim mengatakan...

Tarima kasih atas pertanyaan dr sodara azidin....
aAdapun hubungan ketahanan pangan di daerah pesisir terhadap kesehatan yaitu :
Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan setiap rumah tangga
dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan bagi anggota keluarganya dan
memiliki kemampuan untuk mengakses pangan secara fisik yang ditunjukkan oleh
ketersediaan pangan maupun secara ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan
dalam keluarga. Ketahanan pangan rumah tangga dapat dilihat dari kecukupan
konsumsi maupun ketersediaan pangan yang sesuai dengan norma gizi dan
didukung oleh kemampuan daya beli setiap rumah tangga. Jika konsumsi pangan
merupakan indikator kerawanan pangan rumah tangga maka dapat dikatakan
bahwa rumah tangga yang rawan ketahanan pangan, anggota keluarganya apabila
mengkonsumsi makanan kurang dari 70 % kecukupan energi yang dianjurkan
2200 Kkal/hr.
Secara umum terlihat bahwa masih banyak rumah tangga yang mengalami
kekurangan konsumsi pangan seperti pada daerah pesisir pantai yang umumnya
sebagai nelayan dan kondisi ekonomi yang serba sulit saat ini tidak hanya
berpengaruh pada ketahanan pangan rumah tangga namun juga berpengaruh pada
pola asuh makan dan kesehatan. Apabila pola asuh kesehatan anak baik
akan menghasilkan status kesehatan yang baik dan berdampak pada pertumbuhan
yang optimal. Faktor lain yang turut mendukung pada status kesehatan adalah
sanitasi lingkungan. Oleh karena itu ketahanan pangan rumah tangga
mempengaruhi kualitas konsumsi zat gizi dalam rumah tangga terutama pada anak
balita dan juga status kesehatan anak balita merupakan faktor yang langsung
dapat mempengaruhi pertumbuhan anak balita

Anonim mengatakan...

Dari Maqbul syarief
klp : iv
nim : 70200106035

Anonim mengatakan...

muh ishak sijaya
70200106055
klp II

sebelumnya sy akan menuliskan sebuah masalah yg pernah terjadi
Kasus yang paling menghebohkan yang pernah terjadi adalah kasus minamata yang melanda penduduk di kota pesisir Minamata/teluk Minamata di pulau Kyushu, Jepang. Keracunan ini berlangsung selama 7 tahun (1953-1970). Penyebab utamanya adalah limbah merkuri yang dibuang oleh industri manufaktur Vinilkhlorida ke perairan teluk minamata. Industri ini menggunakan merkuri sebagai katalis. Keracunan ini menyebabkan 111 orang menjadi cacat dan 43 orang diantaranya meninggal.

pertanyaannya bagaimana segh kita bs mencegah kejadian diatas dan juga klo sudah terjadi bagaimana cara mengatasinya?????

kedua..Di Indonesia sendiri, kasus yang sama baru-baru ini terjadi kasus keracunan merkuri di Teluk Buyat, Kepulauan Sulawesi. Bagaimanakah sebenarnya proses sampai merkuri dapat menyebabkan keracunan? dan dari pihak manakh yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut????
makasih y
wassalam

Anonim mengatakan...

nama : rahmatullah
nim : 70200106040
ass..
kita ketahui Wilayah pesisir merupakan kawasan pembangunan yang penting karena sekitar 60% masyarakat bermukim di kawasan ini. meski demikian, kawasan ini merupakan kantong-kantong kemiskinan, karena sekitar 60% masyarakat miskin bermukim di kawasan pesisir. Padahal, negara RI merupakan negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km, ini menyimpan potensi ekonomi luar biasa untuk kesejahteraan rakyatnya.
pertanyaannya...
apa bentuk usaha yang perlu di kembangkan masyarakat pesisir agar supaya kebutuhan pangan dapat terpenuhi dan kemiskinan dapt teratasi?

Anonim mengatakan...

Nama : Irsan ahmad
Nim : 70200106009
klmpk : 1
smlequm.....!!!
Terimah kasih sebelumnya kepada kawan kawan kelompok IV, setelah saya membaca dan mengamati makalahnya sangat menarik untuk di lakukan sheering. ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan...
1.bahwasanya kita ketahui bersama negara RI merupakan negara yang berpenghasilan sumber daya alam/pangan yg melimpah.tapi di sisi lain mengapa penomena saat skrg ini banyak terjadi masalah gizi kurang !,sejauh mana peranan pemrintah yang terkait dlm penangulangan masalah yg krusail tsb utamanya didaerah kawasan pesisir??
2.menurut kalian strategi apa yang tepat dilakukan sehingga seluruh daerah wilayah indonesia bisa terpenuhi pangan khususx warga masyarakat yang bermukim di pulau2 terluar!!.,

Anonim mengatakan...

AZIDIN ANHAR
70200106

mauka bertanya lagi, nda papaji toh??? gampangji...
jenis pangan apa yang yang baik tumbuh di kawasan pantai???

Anonim mengatakan...

Ratih Puspitasari
70200106018
klp: v
assalamu alaikum,
setelah saya membaca makalah yang anda sajikan,saya tertarik pada satu kutipan yang anda tulis bahwa selama kebijakan pangan masih berorientasi beras maka akan sulit penganeka ragaman pangan karena akan terjaedi konflik of interest,bisakah anda menjelaskan konflik ap yang anda maksud???

2.apakah ada bahan makanan lain yang ditemukan di kawasan pesisir yang dapat menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok namun tetap memilki nilai gizi yang sama dengan beras??

Anonim mengatakan...

Ariyanti Husain
70200106073
kelompok VI
dilihat dari judul makalah anda tentang sistem ketahanan pangan, adapun hal yang akan saya tanyakan tentang permasalahan yang ada saat ini yakni :
kita ketahui saat ini Kesejahteraan petani dan nelayan masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi. Tingkat kesejahteraan petani/nelayan yang tinggal di sekitar dan bergantung dari hutan menunjukkan bahwa pada tahun 2003 di sebagian besar wilayah masih memiliki nilai tukar petani/nelayan dibawah nilai tukar tahun 1983. Artinya, meskipun kontribusi sektor pertanian sangat besar terhadap perekonomian nasional, namun kesejahteraan petani dan nelayan tidak mengalami perubahan.
berdasarkan hal tersebut, menurut anda bagaimana tanggapan anda mengenai permasalahan itu, dan adakah perhatian dari pihak pemerintah mengenai hal tersebut,dan apa upaya yang dilakukan untuk mengatasinya???

Anonim mengatakan...

NAMA : SAHRIANI
NIM : 70200106044

Assalam.wr.wb.
Pertanyaan z singkat saja bagaimna menurut anda sistem ketahanan pangan di kawasan pantai dan pesisir saat ini dan apakah pemerintah saat ini sudah berhasil melaksanakan ketahanan pangan dengan menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, bergizi, beragam, merata, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat ??? Thx ...!

Anonim mengatakan...

nama : abd majid
pertanyaan yang bagus dari saudara rahmatulla. adapun usaha yang dapat dilakukan yaitu :
1. memperbaiki dan membuat perencanaan pembangunan di wilayah pesisir dengan melihat potensi yang ada. misalkan dalam bidang industri,perikanan, dan pariwisata.
2. pemerintah dan swasta harus bekerjasama dalam membantu masyarakat pesisir meningkatkan usahanya. contohnya : sebagian besar masyarakat pesisir adalah nelayan maka hal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bantuan modal.
3. memperbaikai infrastruktur seperti jalan,listrik,dermaga,dll.
4. kerjasama lintas sektor harus diperkuat. dan
5.terakhir adalah masyarakat pesisir tidak boleh dipandang sebelah mata tetapi harus ditangani secara serius karena sebenarnya wilayah pesisir sangat menyimpan potensi ekonomi yang cukup besar.

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu

terimakasih atas pertanyaan saudari syahriani!!
sistem ketahanan pangan di daerah pesisir saat ini masih rendah. semua itu karena masalah pangan sangat erat kaitannya dengan kemiskinan, dan kemiskinan di daerah pesisir masih cukup tinggi. saya rasa pihak pemerintah terus malakukan upaya agar tercipta kesejahteraan di daerah pesisir, namun semua itu tentunya tidak bisa terjadi secara spontan dan membutuhkan waktu. salah satu usaha pemerintah misalkan dengan dikeluarkannya undang-undang no 7 tahun 1996 tentang pangan.

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu

trimakasih atas pertanyaan saudari arianty husain
memang sangatlah tidak adil jikalau para petani dan nelayan tidak mendapatkan imbalan yang setimpal. untuk itu yang harus kita lakukan iyalah :
1. melakukan pembangunan secara merata dan adil diseluruh wilayah indonesia. mungkin salah satu bentu usahanya adalah dengan adanya otonomi daerah.
2. meningkatkan produksi tanaman pangan dan mengurangi import dari luar negeri. karena jika import tinggi maka harga tanaman pangan akan menjadi murah sehingga petani akan rugi.
3.pemerintah dan swasta harus bekerjasama dalam membantu permodalan petani dan nelayan di daerah pesisir agar tercipta perbaikan ekonomi

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu

terimakasih atas pertanyan dari saudari ratih puspitasari.
konflik of interest yang dimaksud adalah adanya masalah dalam hal kepentingan, perhatian, atau fokus. yang kita takutkan jika kita harus bergantung pada pemerintah pusat adalah adanya penyimpangan karena unsur kepentingan. dan jika kita juga hanya bergantung pada satu jenis bahan pangan pokok maka itu juga akan menimbulkan masalah. sedangkan bahan makanan pokok selain beras misalkan umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, talas),sagu,jagung,dll.

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu
untuk pertanyaan azidin
jenis pangan yang dapat tumbuh di daerah pesisir misalkan padi,rumput laut, jagung, buah-buahan seperti kelapa,umbi-umbian dll.

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu

terimakasih atas pertanyaan dari saudara irsan ahmad.
memang sangatlah aneh dan mengherankan jikalau negara kita yang kaya akan sumber daya alam menjadi negara yang kekurangan bahan pangan yang menyebabkan terjadinya kasus gizi buruk.namun saya rasa salah satu penyebabnya karena kesejahteraan masyarakat pesisir masih kurang. para petani memang menghasilakan beras namun beras tersebut bukan untuk dikonsumsi melainkan di jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. misalkan kebutuhan sekolah, kesehatan maupun kebutuhan rumah tangga. artinya masyarakat memiliki penghasilan yang sangat sedikit karena hanya bergantung pada hasil produksi pertanian saja sementara di lain sisi kebutuhan sehari-hari semakin meningkat.untung-untung kalau harga hasil pertanian mahal tetapi kalau murah pastinya masyarakat petani semakin menderita. saya rasa pemerintah harus berperan lebih aktif untuk menciptakan ketahanan pangan yang kuat dan merata sesuai dengan undang2 no 7 tahun 1996. adapun strategi jitu kami yaitu dengan peningkatan ekonomi masyarakat, perbaikan dan pengadaan infrastruktur agar masyarakat pesisir lebih mudah terjangkau, dan terakhir memperkuat kerjasama lintas sector.

Anonim mengatakan...

nama : imran
nim : 70200106076
kelompok V
Saya akan menyangga jawaban dari abd majid yang mengatakan tanaman yang dapat di tanam di wilayah pesisir berupa padi, jagung dan umbi-umbian. Kita lihat bahwa daerah pesisir itu kadar air garamnya lebih tinggi di bandingkan dengan air tawar. Terimah kasih

Anonim mengatakan...

imran
70200106076 kel. 5

assalamualaikum wr.wb.
sebelumnya terimakasih kepada kelompok empat, adapun yang ingin saya diskusikan yaitu :
Bagaimana cara mengatasi keterbatasan ketersediaan pangan diwilayah pesisisr dan
langkah-langkah apa yg harus dilakukan pemerintah untuk mensejahterahkan petani dan nelayan di wilayah pesisisr?

Anonim mengatakan...

azidin anhar
70200106029

menanggapi jawaban atas pertanyaan saya dan sanggahan dari saudara imran, yang mengatakan bahwa kadar air laut lebih tinggi dari kadar air tawar. apakah ada solusi mengenai kadar air di daerah pesisir untuk peningkatan produksi pangan???

Anonim mengatakan...

Nama : Dina Fauziah Bahtiar
Nim : 70200106004

assalamualaikum wr. wb.
dari makalah anda yang membahas tentang sistem ketahanan pangan di kawasan pantai dan pesisir serta hubungannya dengan kesehatan. yang saya ingin tanyakan bagaimana peran anda jika anda untuk mengatasi masalah kurang gizi yang ada di daerah pesisir?

Anonim mengatakan...

Nama : Andi Haerani/ 70200106072

Assalmu alaikuu...
langsung saja ya!
Terkait dengan sistem ketahanan pangan dan Potensi sumber daya perikanan laut. Dalam mengantisipasi persaingan penangkapan oleh negara lain yang sering masuk ke perairan indonesia dengan teknologi yang lebih maju. Usaha yang seperti apa yang harus dikembangkan oleh masyarakat atau pihak terkait dalam menghadapi situasi seperti ini??? apalagikan masih banyak masyarakat daerah pesisir yang menggantungkan hidupnya dengan hasil laut seperti ikan dll.
syukran....

Anonim mengatakan...

Nama: Dinda Febriantika.B
Nim:70200106031

Assalamualaikum wr.wb

sebelumnya saya ingin mengkoreksi sedikit tentang makalah yang anda bahas ini, sebenarnya judulnya memang sudah bagus, membahas masalah sistem ketahanan pangan, tapi saya liat di sini yang anda bahas ini Sistem ketahan pangan secara Umum. sedangkan yang sebenarnya ingin diketahui yaitu Sistem ketahanan pangan Di Kawasan Pantai pesisir...!! terimah kasih..
selanjutnya, adapun pertanyaan saya yaitu,,
1.Apa saja hambatan-hambatan yang anda temukan, dalam sistem ketahanan pangan di kawasan pantai pesisir.
2.Bisakah anda menjelaskan Mengapa Akses terhadap pangan,ketersediaan pangan dan resiko terhadap akses ketersediaan pangan tersebut merupaqkan determinan yang esensial dalam ketahanan pangan..?

Thanks aLot of......!

Anonim mengatakan...

banyak tong pertanyaannya sidink...

Anonim mengatakan...

Dari : Risnawati anwas
Nim : 70200106063

Ass...
ada beberapa kritikan dan pertanyaan yang ingin saya tujukan pada Yang Saya Hormati Kelompok IV yaitu :

1. dari segi penulisan karya ilmiah yang baik, menurut saya makalah yang anda susun masih banyak yang keliru. seperti di kerangka penulisan "RUMUSAN MASALAH". rumusan masalah yang anda buat sebenarnya bukan rumusan masalah tetapi lebih cocok dijadikan sebagai judul artikel karena tidak terdapat unsur 5W+1H. sedangkan sebuah rumusan masalah harus terdapat unsur tersebut. kemudian isi rumusan masalah tidak tepat karena pada poin 1 seharusnya tidak perlu dimasukkan karena sudah otomatis akan dibahas di dalam TINJAUAN PUSTAKA. selain itu, sistem penomoran dalam makalah anda sangat kacau.

2.Tolong anda jelaskan maksud dari "perbaikan distribusi spasial sumberdaya lahan dan air untuk memproduksi pangan". pada Bab III PENUTUP poin 2 di upaya menstabilkan ketahanan pangan.

3. menurut anda bagaimana meningkatkan produktivitas air untuk pangan dikawasan pesisir.??

Anonim mengatakan...

NAMA : MUARIFA MUSLIMIN
NIM : 70200106083

terimakasih pertanyaan dari saudara rahmatullah, kita tahu bahwa kawasan pesisir sangat bagus untuk pengembangan kawasan ekonomi dan pembangunan namun disisi lain banyak kawasan pesisir lain belum mendapat perhatian langsung dari pemerintah ini diakibatkan kondisi daerah indonesia yang cukup luas, oleh karena itu yang harus dilakukan pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat melakukan program-program yang langsung menyentuh masayarakat dikawasan pesisir misalnya pemerintah memberikan modal kepada masyarakat pesisir untuk pembudidayaan rumput laut, karena pembudidayaan rumpu laut sangat cocok dilakukan dikawasan pesisir.

Anonim mengatakan...

NAMA : MUARIFA MUSLIMIN
NIM : 70200106083

terima kasih pertanyaan dari saudari ela, memang kita sadari seiring perkembangan teknologi, banyak nelayan kita mulai terusik dengan adanya peralatan penangkapan yang canggih dari negara lain, oleh karena itu seharusnya pemerintah harus membuat aturan-aturan yang ketat untuk mengantisipasi masuknya penangkap ikan dari negara lain karen selain akan mengeruk kekayaan sumber daya perairan kita juga akan mengancam kelangsungan pendapatan para nelayan, namun selain menegakkan aturan juga masyarakat pesisir harus menjaga kelestarian lingkungan pesisir karena dengan terjaganya lingkungan perairan maka akan terjaga pula kelangsungan pendapatan para nelayan dipesisir. kemudian untuk meningkatkan pendapatan para nelayan seharusnya pemerintah melakukan program-program yang dapat membantu masyarakat dikawasan pesisir misalnya meberikan modal untuk pembudidayaan rumpu laut, memberikan bantuan alat penangkapan ikan.

Anonim mengatakan...

Nama : Marhamah
NIM : 70200106011
Kelp : 3

assalam alaikum....

1. Indonesia belum mampu mencapai swasembada, apalagi dikaitkan dengan pemenuhan sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin & mineral. pertanyaan saya hambatan-hambatan apa saja yang menyebabkan swasembada belum tercapai???
2. Pangan mempengaruhi kehdupan masyarakat, berbangsa & bernegara baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya & hankam. Pertanyaan saya, sebutkan contoh kongkrit sehingga keberadaan pangan tersebut dapat mempengaruhi bidang ekonomi, politik, sosial budaya & hankam!!!

Anonim mengatakan...

MUTMAINNA
70200106086

ASS,,,,,,,,,
Setelah membaca makalah di atas adapun pertanyaan saya,,,?
bila melihat kondisi sampai saat sekarang ini, kehidupan sangat berubah-ubah terutama pada kehidupan politik, ekonomi, budaya, pertanian namun dengan perkembangan ini masih banyaknya kehidupan masyarakat tertinggal, seprti pada pengangguran, masyarakat kurang mampu yang tidak bisa memenuhi kehidupannya, bagaimanakah pendapat anda mengenai hal tersebut? mengapa peranan pemerintah disini tidak trealisasikan dengan baik pada hal tersebut?

Anonim mengatakan...

Muarifa Muslimin

wasalamm...........
trima kasih kepada saudari dina atas pertanyaannya, klo anda menanyakan bagaimana peran saya untuk mengatasi masalah gizi pada pesisir pantai, peran saya tentunya sebagai orang kesmas, tentunya tidak luput dalam memberikan penyuluhan terhadap masyarakat pesisir, baik berupa pendidikan mengenai gizi yang baik, maupun bantuan untuk mengatasi masalah yang ada di pesisir baik berupa masalah kesehatan lingkungannya.

skian...................

Aswadi mengatakan...

NAMA: ASWAADI
NIM: 70200106050

ass. setelah membaca makalah anda?? bahwa skarang ini ketahanan pangan di berrapa pulau menjadi masalahh?? karna
1. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin seriusmenekan ketersediaan sumberdaya alam yang dapat dipergunakan untuk menyediakan pangan, yang memang sudah sangat terbatas.

2. Masalah kemiskinan menjadi salah satu masalah paling serius dikaitkan dengan ketahanan pangan. Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan hal yang berada pada �dua sisi dari uang logam yang sama�.

3. Keterbukaan global, telah menjadikan pangan sebagai salah satu komoditi yang paling menentukan dalam komunikasi dan percaturan kepentingan global. Dalam hal ini semakin banyak negara yang harus memenuhi kebutuhan pangannya dari negara lain, dan beberapa negara yang memiliki surplus pangan terus meningkatkan surplusnya juga kemampuan untuk terus menjaga pertumbuhan surplus tersebut.
belum lagi di tambah denganKesejahteraan petani dan nelayan masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi. Tingkat kesejahteraan.

PERTANYAAN
1.apakah kendala dalam melaksanakan program tersebut?? sehingga sampai saat ini pemerintah tidak dapat mengatasi masalah tersebut????
2.melihat masalah ini sebagai orang kesmas prgram apa yang anda akan lakukan?????
sekiranya Nantinya anda menjadi petugas di pulau tersebut. tlong jelaskan rencana program anda???

Anonim mengatakan...

Nama : Risno
Nim : 70200106042
melihat penyajian makalah terkait saya ingin menambahkan atau memberi pendapat bahwa kenapa tingkat kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi dikawasan pesisir? ini di sebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah yang pro petani, artinya disini pemerintah tidak berpihak kepada petani,pemerintah lebih berpihak kepada importir produk-produk pangan.kenapa demikian kerena faktanya pada tahun-tahun sebelumnya atau mungkin sampai sekarang ini, indonesia lebih banyak impor bahan pangan di luar negeri dalam jumlah yang tinggi sekali,.......
kemudian,..!
pertanyaan saya
1. bagaimana ciri ciri negara di katakan mempunyai ketahanan pangan yang baik khusus di indonesia...
2. kenapa sampai ada peryataan ada ancaman terhadap ketahanan pangan?apa semua yang merupakan ancaman terhadap ketahanan pangan??..........thanks ats semuax kawan,.........

Anonim mengatakan...

MUARIFA MUSLIMIN

Terima kasih atas pertanyaan dari saudari Mutmainna, menurut saya, dari pertanyaan anda, sy menyimpulkan bahwa memang jika kita melihat realita yg ada, memang masih ada masayarakat yg miskin dan pengangguran, tp disini kita dapat melihat juga, pemerintah tidak hanya tinggal diam sja melihat keadaan tersebut, terbukti dari adanya kebijakan2 dari pemerintah yang dikeluarkan baru2 ini seperti mencegah terjadinya gelombang PHK dan terusmenerus mencari jalan keluar dalam memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat yg masih menganggur, kemudian masalah ketahanan pangan pemerintah jg berupaya menstabilkan harga, terutama bahan pokok yg dbutuhkan oleh masyarakat dan juga mengantisipasi kemungkinan datangnya El-Nino di sebagian wilayah Indonesia yang diperkirakan akan menyebabkan kekeringan pada akhir tahun 2009 dan awal tahun 2010.kemudian untuk masalah kemiskinan, pemerintah juga sudah dari jauh2 hari mengeluarkan kebijakan yaitu memberikan bantuan berupa BLT kepada masyarakat miskin. mungkin dari kesemua ini mengapa masih ada masyarakat yg miskin, itu krna seperti yg kita lihat kenyataan yg ada, bahwa masih adanya koruptor2 yg beraksi. tp ini jg tak lepas dari peran pemerintah. sekarang pemerintah jg sudah membentuk tim khusus (KPK)untuk menangani masalah korupsi tsb. jadi harapan kita, mdh2n masalah korupsi d negara cepat terselesaikan.

skian

Anonim mengatakan...

nama : Amriati/70200106001
kelompok 1

Dampak langsung pemanasan global yang dirasakan pada sektor pertanian adalah menurunya produktifitas.
yang ingin saya tanyakan kepada anda adalah bagaimana caranya mengatasi turunnya produktifitas pada sektor pertanian akibat pemanasan global??

terimakasih..

Anonim mengatakan...

MUARIFA MUSLIMIN

Terima kasih atas pertanyaaan dari saudara risno, tp sebelumnya sy minta maaf karna sy kurang paham mengenai pertanyaan pertama anda yg mengatakan "bagaimana ciri-ciri negara yang mempunyai ketahanan pangan yang baik, khususnya indonesia"! disini yg akan anda tanyakan ciri ciri negara yg mempunyai sistem ketahanan pangan yang baik, tp knp anda mengatakan khusus indonesia lagi??
tapi saya akan menjawab sesuai yang bisa sy taggapi dr pertanyaan saudara.
1. ciri-ciri negara yang mempunyai sistem ketahanan yg baik itu ya dapat dilihat dari keadaan masyarakatnya apakah smua kebutuhan pagannya sudah tercupi, kemudian tidak ada lagi atau rendahnya tingkat pengangguran, dari sektor ekonomi negara sudah cukup baik, kemudian sistem pertanian yang menunjang ketersediaan pangan juga memadai dan tercukupi, yang jelas aksesibilitas, ketersediaan,
keamanan pangan suatu negara tersebut sudah memadai dan berkesinambungan.
selanjutnya, pertayaan ke,
2. mengapa dalam ketahanan pagan disebutkan ada ancaman?
tentu saja demikian. apalagi skarang kita sedang dalam keadaan krisis global. di indonesia, pemerintahnya juga sudah mengeluarkan kebijakan mengnai akan datangnya EL-Nino yang diperkirakan akan menyebabkan kekeringan pada akir tahun 2009 dan awal tahun 2010.melihat keadaan demikian,dengan datangnya EL-Nino itu sudah merupakan salah satu contoh ancaman bagi ketahanan pagan khususnya wilayah indonesia, karna dgn adanya EL-nino tsbt akan menurunkan pendapatan pagan negara kita.

skian

Anonim mengatakan...

MUARIFA MUSLIMIN

terima kasih atas pertanyaan dari saudari amriati,
untuk menangani masalah pemanasan global tentu sluruh dunia harus ikut berpartisipasi. misalnya bersama- sama qt mengurangi emisi kendaraan bermotor, mengurangi penggunaan CFC, terus menerus melakukan penanaman pohon, yang mana jika ini sudah di jalankan secara bersama2 tentu dampak pemanasan global itu akan berkurang, sehingga jika dikaitkan dengan produktivitas pangan, tentunya produktivitas pangan pun akan meningkat. tidak ada pemanasan global, tentu tidak ada kekeringan, yang mana akan mengganggu hasil dari pada pertanian.

skian.

Anonim mengatakan...

Masjuniarty/70200106081

Ass.....
Terimakasih,berdasarkan makalah yang anda sajikan, yg ingin saya tanyakan yaitu bagaimana cara meningkatkan produksi pangan di kawasan pesisir?

Anonim mengatakan...

NAMA : ANMWAR MBOLOSI
NIM : 70200106027

makalahnya cukup bagus adapun yang saya tanyakan adalah kira-kira usaha yang konkrit dari pemerintah untuk mengantisipasi ketahanan pangan dikawasan pesisir, karena selama ini peranan pememerintah khususnya peningkatan taraf hidup masyarakat dikawasan pesisir masih sangat kecil?

Anonim mengatakan...

NAMA : ANMWAR MBOLOSI
NIM : 70200106027

kita tau sumber daya alam dikawasan pesisir cukup melimpah, namun tidak berbanding lurus dengan keadaan ekonomi masyarakatnya, ini diakibatkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat, dan kita tau negara kita pernah menjadi negara suasembada beras, namun pada akhir-akhir ini kembali menjadi pengimpor beras, yang saya tanyakan apakah kawasan pesisir bisa dijadikan sebagai daerah sentral pangan?

Anonim mengatakan...

MUARIFA MUSLIMIN

terima kasih atas pertanyaan dr sodara anwar, menurut saya tentu saja daerah pesisir bisa dijadikan sebagai sentra pangan, terutama dlm sektor periknan. salah satu contoh daerah pesisir yang memanfaatkan daerahnya sebagai sentral pangan yaitu di Kelurahan Karangasem Utara Kabupaten Batang. Sebagai daerah yang memiliki kawasan pantai yang cukup luas dengan garis pantai sepanjang 38,75 km, Kabupaten Batang memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan sektor kelautan.
Dengan hasil tangkapan ikan yang berlimpah, masyarakat Batang di kawasan pesisir selama ini memanfaatkannya untuk diolah menjadi berbagai macam produk, seperti tepung ikan, ikan asin, fillet, nugget, rambak kulit ikan dan produk olahan ikan lainnya. dengan melihat kenyataan ini,dpt bahwa daerah pesisir juga memiliki potensi untuk menjadi sentral pangan.
skian.............

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu

terimakasih atas pertanyaan dari masjuniarti. adapun cara meningkatkan produksi pangan di daerah pesisir yaitu dengan pemberdayaan masyarakat,perbaikan ekonomi, produksi tanaman pangan secara beraneka ragam,perbaikan infrastruktur, dan pemerintah harus mampu mengayomi masyarakat.

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu

terima kasih atas pertanyaan dari saudara anwar. adapun langkah kongkrit pemerintah yaitu :
1.melakukan monitoring agar seluruh sistem berjalan sesuai peruntukannya.
2. pengadaan dan perbaikan infrastruktur
3.peningkatan taraf hidup masyarakat melalui usaha yang terorganisir dan langsung menyentuh.
4. kerjasama lintas sektor
5. membuat perencanaan pembangunan wilayah pesisir secara tepat guna

Anonim mengatakan...

MUARIFA MUSLIMIN

Terima kasih atas pertanyaan dr sodara imran.
1.) untuk mengatasi keterbatasan kesediaan pangan di wilayah pesisir, diperlukan:
-peningkatan luas baku lahan dan sumberdaya pesisir untuk memproduksi pangan,
-perbaikan distribusi spasial sumberdaya lahan dan air untuk memproduksi pangan,
-peningkatan produktivitas air untuk pangan,
-peningkatan unit-unit usahatani yang memproduksi pangan,
-revitalisasi sebagian kelembagaan lokal yang kondusif untuk keberlanjutan system produksi pangan.
2.) langkah yang dilakukan pemerintah dalam mensejahterakan petani dan nelayan di pesisir yaitu dgn mengeluarkan kebijakan mengenai revitalisasi pertanian dan perikananuntuk meningkatkan martabat dan kesejahteraan petani sebagai pelaku utama dalam penyediaan bahan pagan

skian.......

Anonim mengatakan...

abd majid hr lagu

terimakasih atas pertanyaan dari ishak. kasus minamata adalah kasus keracunan akibat pencemaran limbah industri. bagaimana cara mengatasinya yaitu dengan AMDAL yang kuat, dimana setiap industri yang di bangun memiliki analisis mengenai dampak lingkungan salah satunya setiap industri harus memiliki sistem pengolahan limbah yang baik.jika sudah terjadi maka semua pihak(industri dan stakholder) harus segera melakukan pengendalian dan evaluasi. dalam kasus pencemaran ini sesuai aturan maka pihak indusri harus bertanggung jawab sepenuhnya. proses keracunan ini terjadi bisa saja secara langsung maupun secara tidak langsung. misalkan air tersebut diperuntukkan sebagai sumber air bersih dan air minum atau air tersebut di gunakan untuk mengairi tanaman irigasi sehingga menyebabkan pencemaran pada tanaman pangan petani.

Anonim mengatakan...

Nama ; Muharti Syamsul
NIM ;7020010685

Ass...
makalahnya bagus dan sangat menarik untuk didiskusikan,,,
simpel saja yang ingin saya tanyakan yaitu bagaimana pendapat tman2 mengenai penyusutan jumlah unsur pendukung ketersediaan pangan akibat pertumbuhan dan jumlah permintaan yang sangat besar ??
bagaimana seharusnya pemerintah menyikapi hal tersebut??
makasihhhh...............

Anonim mengatakan...

ASMAWATI/70200106028

Assalamu Alaikum....

disini saya membaca makalah anda bahwa Kesejahteraan petani dan nelayan masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi.Tingkat kesejahteraan yang antara lain tercermin dari nilai tukar petani/nelayan termasuk masyarakat yang tinggal di sekitar dan bergantung dari hutan menunjukkan bahwa pada tahun 2003 di sebagian besar wilayah masih memiliki nilai tukar petani/nelayan dibawah nilai tukar tahun 1983. Artinya, meskipun kontribusi sektor pertanian secara keseluruhan sangat besar terhadap perekonomian nasional, namun kesejahteraan petani dan nelayan tidak mengalami perubahan.yang ingin saya tanyakan:
1.mengapa kesejahteraan sistem ketahanan pangan di daerah pesisir tidak ada perubahan,,meskipun kontribusi sektor petanian secara keseluruhan sangat besar terhadap perekonomian nasional???????

2.Bagaimana cara pengolahan sistem ketahanan pangan di daerah pesisir
sebagaimana kita ketahui bahwa di daerah tersebt kaya dengan sumber daya alam?????????

Anonim mengatakan...

UMMUL WAQIAH (70200106092/ KLP.6)
assalamu 'alaikum...
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia pernah melakukan swasembada pangan yang cukup lama pada masa pemerintahan Bapak Presiden Soeharto. Sehingga pada saat itu, Indonesia yg merupakan salah satu negara penghasil beras terbanyak mengekspor berasnya. Tentu saja selain meningkatkan devisa negara, kesejahteraan rakyat pun meningkat termasuk para petani yg memegang peranan penting dlm hal ini. yang menyedihkan saat ini, banyak sekali rakyat yang tak mampu memperoleh beras. sesuap nasi saja terasa sangat susah padahal negara kita adalah negara agraris bahkan pernah mengekspor beras. Tapi sekarang, justru negara kita lagi yang mengimpor beras. Pertanyaan saya,
1. apakah ada upaya pemerintah dalam mengembalikan Indonesia menjadi negara swasembada pangan yg mampu mengekspor beras sperti dulu lagi? Kalau ada, bagaimana upaya pemerintah untuk mengembalikan "kejayaan" yang pernah kita miliki tyersebut?Lalu bagaimana pula upaya pemerintah menangani rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan yang tak mampu menghasilkan sesuap nasi setiap hari?
2. Terkait dengan kejadian tsunami di Aceh, tolong sebutkan upaya-upaya yg telah dilakukan pemerintah dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan para korban bencana dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi pemerintah dalam hal tersebut.
Terima Kasih..

Anonim mengatakan...

Assalamualikum wr. wb

Nama: Emma Widiatmy Ismail
Nim: 70200106074

Langsung Saja: Apakqah letak geografis wil. pesisir menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya ketahanan pangan di daerah tersebut?Jelaskan!Thanks.